Selasa, 23 Desember 2014

POTENSI TONGKOL JAGUNG (JANGGEL) YANG DAPAT DIJADIKAN ALTERNATIF SUMBER ENERGI TERNAK RUMINANSIA



 POTENSI TONGKOL JAGUNG (JANGGEL) YANG DAPAT DIJADIKAN ALTERNATIF SUMBER ENERGI TERNAK RUMINANSIA
Abstrak
Forage quality and are available continuously throughout the year is one important factor in the development of animal husbandry. The potential is quite abundeant corn corp has not been optimally utilized as livestock feed. The weakness of corn cobs as feed is a high fiber content (35 – 45%) and low protein levels (1,8 – 3,5%).  Because the content of fiber is  high than should be improved that nutrient.One way chemical processing of very efficient, and easy to do is amoniasi namely by adding urea and water on the material that will doing amoniasi.While the the most easy striking of biology is executed is a fermentative process.
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tongkol jagung merupakan bagian dari buah jagung yang telah diambil bijinya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ketersediaan tongkol jagung di Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 3.482.839 ton, pada tahun 2007 sebesar 3.986.258 ton, dan pada tahun 2008 tongkol jagung ada sekitar 4.456.215 ton. Komponen tanaman jagung tua dan siap panen terdiri atas 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit, 13% daun dan 30% batang (Perry et al., 2003).
Potensi bahan pakan yang ada tersebut secara optimal belum mampu untuk untuk mendukung produktivitas ternak yang diusahakan, karena nilai nutrisi dan kecernaannya yang rendah. Pakan yang berkualitas dan tersedia kontinyu sepanjang tahun merupakan salah satu faktor penting dalam upaya pengembangan peternakan. Upaya peningkatan produktivitas ternak pun dapat dilakukan dengan penyediaan pakan yang berkualitas secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan mengingat potensi pertanian terutama tanaman jagung yang cukup berlimpah, yang belum termanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak. Potensi pakan yang ada tersebut secara optimal belum mampu untuk untuk mendukung produktivitas ternak yang diusahakan, karena nilai nutrisi yang rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan suplementasi pada proses pengolahan limbah pertanian menjadi bahan pakan tambahan.
Hasil samping dari tanaman jagung sendiri berupa tongkol (janggel) dan batang jagung, dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak pemamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing. Kedua hasil sampingan tersebut mengandung karbohidrat yang bernilai tinggi dan dapat berfungsi sebagai pengganti atau menambah gizi makanan ternak asal rumput atau hijauan segar lainnya. Untuk batang jagung dapt diberikan dalam bentuk segar atau dapat diubah terlebih dahulu dalam bentuk silase (AAK, 1993).  Kelemahan pemanfaatan tongkol/ janggel jagung sebagai pakan adalah kandungan seratnya yang tinggi (35 - 45 %) dan kadar proteinnya yang rendah (1,8 – 3,5 %). Oleh karena itu dalam pemanfaatannya perlu dilakukan pengolahan. Salah satu cara pengolahan kimia yang sangat efisien dan mudah dilakukan adalah amoniasi, yaitu dengan menambahkan urea dan air pada bahan yang diamoniasi. Sedangkan cara biologi yang paling mudah dilakukan yaitu proses fermentasi.
PEMBAHASAN
Pemecahan karbohidrat di dalam rumen terjadi melalui dua tahap, yaitu : (1) pemecahan karbohidrat (selulosa, hemi selulosa dan pati) menjadi glukosa; (2) pemecahan glukosa menjadi piruvat, yang kemudian difermentasi menjadi asam lemak atsiri. Masing-masing jenis karbohidrat akan menghasilkan produk fermentasi rumen yang spesifik, akibatnya jumlah molar masingmasing (C2 , C3 dan C4) juga berbeda-beda.
Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) ruminansia mutlak memerlukan hijauan atau bahan sumber serat yang lain di dalam ransumnya, karena bahan ini merupakan sumber energi yang potensial. Sekitar 75 persen karbohidrat dalam ransum ruminansia berasal dari hijauan berbentuk serat kasar, yang sebagian besar yaitu sekitar 60 sampai 75 persennya akan tercerna dalam proses pencernaan fermentatif di rumen.
Proses pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak ruminansia akan menghasilkan energi  berupa VFA. Menurut  Hungate (1966), proporsi molar VFA secara umum mengikuti kondisi normal.  Asam lemak volatil (VFA) merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia dan dihasilkan dari proses fermentasi pakan dalam rumen (Orskov dan Ryle, 1990). Banyak hal yang mempengaruhi komposisi VFA, salah satunya adalah komposisi populasi   mikroba rumen.Menurut Sutardi et al. (1983), produksi VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikrobia rumen adalah 80 – 160 mM.
Komar (1984) menyatakan bahwa fermentasi bertujuan untuk memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan proses metabolisme di dalam proses fermentasi tersebut sehingga dapat mengubah senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana selain itu, dapat untuk meningkatkan nilai nutrisi, tekstur dan palatabilitas bahan pakan (Winarno dan Fardiaz, 1984). Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang, VFA total merupakan salah satu produk dari hasil dari pemecahan karbohidrat dalam pakan.
Menurut Maynard et al. (1983) Tongkol jagung tergolong pakan serat bermutu rendah, kecernaan dan palatabilitasnyapun rendah. Rendahnya kecernaan disebabkan kandungan lignin yang tinggi yang membentuk komplek dengan selulosa dan hemiselulosa. Oleh karena itu agar nilai gizi dan kecernaannya dapat ditingkatkan perlu dilakukan pengolahan. Salah satu alternatif peningkatan mutu bahan pakan adalah teknik fermentasi (Umiyasih et al., 2008). Amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar, sedangkan dalam proses fermentasi, enzym-enzym selulase dari berbagai mikroba selulolitik dapat melakukan penetrasi dengan lebih mudah dalam bahan pakan berserat tersebut, sehingga dapat menurunkan serat kasar yang pada akhirnya meningkatkan kecernaan.
Menurut Setyadi dkk (2013) dalam penelitiannya, fermentasi tongkol jagung dengan Aspergillus niger yang mampu menghasilkan berbagai enzim salah satunya yaitu enzim selulase mampu memecah selulosa dan hemiselulosa, selulosa dapat diurai menjadi selubiosa dan selanjutnya selubiosa diurai menjadi dua gugusan glukosa. Hemiselulosa dapat diurai menjadi xilosa, glukosa, galaktosa dan arabinosa. Dengan demikian, kecernaan tongkol jagung dapat meningkat. Namun, level penggunaan Aspergillus niger haruslah tepat untuk meningkatkan kecernaan.
Kecernaan pakan dalam rumen tidak hanya ditentukan oleh fermentabilitasnya saja, tetapi juga ditentukan oleh pertumbuhan mikroba rumen, karena kecernaan pakan dalam rumen pada prinsipnya adalah kerja enzim yang diproduksi oleh mikroba dalam rumen itu sendiri. Perkembangan dan pertumbuhan mikroba rumen sangat tergantung pada ketersediaan nutrient precursor seperti karbohidrat, asam amino, nitrogen, mineral dan vitamin. Peningkatan populasi mikroba dapat meningkatkan konsentrasi enzim yang pada gilirannya akan meningkatkan kecernaan pakan, sekaligus meningkatkan suplai protein mikroba untuk kebutuhan protein ternak ruminansia (Elihasridas, 2012). Sebaliknya kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba akan mengurangi biomasanya dan akhirnya akan menurunkan kecernaan   pakan. Oleh sebab itu untuk mencapai efisiensi fermentasi dan sintesis protein mikroba yang tinggi, semua prekursor tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang.
KESIMPULAN
Tongkol jagung merupakan salah satu hasil ikutan pertanian yang cukup potensial digunakan sebagai bahan pakan alternatif pengganti hijauan untuk ternak ruminansia. Kendala pemanfaatan tongkol jagung sebagai pakan yaitu kandungan serat kasarnya yang tinggi, sedangkan kandungan protein dan kecernaannya rendah. Dalam pemanfaatannya tongkol jagung sebagai bahan pakan, tongkol jagung perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain dengan  teknologi pengolahan amoniasi atau fermentasi.

DAFTAR PUSTAKA
AAK, 1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and Its Microbes. Academic Press. New York and London.

Elihasridas, 2012. Respon supplementasi mineral zink (zn) terhadap kecernaan in-vitro ransum tongkol jagung amoniasi. Jurnal peternakan vol 9 no 1 (9-14).
Komar, A. 1984. Teknologi Pengolahan Jermi sebagai Makanan Ternak. Cetakan I Yayasan Dian Grahita. Bandung.
Sutardi, T., N. A. Sigit dan T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikrobia Rumen. Proyek Pengembangan Ilmu dan Teknologi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta (Tidak diterbitkan).
Winarno , F. G . dan S. Fardiaz . 1984. Ilmu Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Umiyasih, U., dan E. Wina, 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa, 18(3).
Maynard, LA, JK Loosli, HF Hintz dan RG Warner, 1983. Animal Nutrition. Seventh Edition. Hill Publishing Company Limited. New Delhi.
Setyadi, jangga haris, tri rahardjo dan suparwi. 2013. Kecernaan bahan kering dan bahan organik tongkol jagung (Zea mays) yang difermentasi dengan Aspergillus niger secara in-vitro.

2 komentar:

  1. Jual Singkong Sortiran (ukuran krucil) Rp 1500/kg, Bonggol Singkong Rp 750/kg, Kulit Singkong Rp 750/kg kondisi basah sangat bagus untuk campuran Pakan Ternak Sapi, Kambing, Domba, Unggas. Bisa juga untuk bahan baku Industri Tepung Tapioka (food) & Tepung ternak. Hubungi Bpk.Heru Malang - Jatim Hp/Wa 081334272800 Blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com

    BalasHapus
  2. Jual SINGKONG SORTIRAN (ukuran krucil) Rp 1500/kg, BONGGOL SINGKONG BASAH Rp 750/kg, KULIT SINGKONG BASAH Rp 750/kg sangat bagus untuk campuran Pakan Ternak Sapi potong, Sapi perah, Kambing, Domba, Unggas. Bisa juga untuk bahan baku Industri Tepung Tapioka (food) & Tepung ternak. HUB. BPK HERU MALANG - JATIM Hp/Wa 081334272800 Blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com

    BalasHapus