POTENSI TONGKOL JAGUNG (JANGGEL) YANG DAPAT
DIJADIKAN ALTERNATIF SUMBER ENERGI TERNAK RUMINANSIA
Abstrak
Forage quality and are available
continuously throughout the year is one important factor in the development of
animal husbandry. The potential is quite abundeant corn corp has not been
optimally utilized as livestock feed. The weakness of corn cobs as feed is a
high fiber content (35 – 45%) and low protein levels (1,8 – 3,5%). Because the content of
fiber is high than should be improved
that nutrient.One way chemical processing of very efficient, and easy to do is
amoniasi namely by adding urea and water on the material that will doing amoniasi.While
the the most easy striking of biology is executed is a fermentative process.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tongkol jagung merupakan bagian dari buah jagung
yang telah diambil bijinya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik,
ketersediaan tongkol jagung di Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar
3.482.839 ton, pada tahun 2007 sebesar 3.986.258 ton, dan pada tahun 2008
tongkol jagung ada sekitar 4.456.215 ton. Komponen tanaman jagung tua dan siap
panen terdiri atas 38% biji, 7% tongkol, 12% kulit, 13% daun dan 30% batang
(Perry et al., 2003).
Potensi bahan pakan yang ada tersebut secara optimal
belum mampu untuk untuk mendukung produktivitas ternak yang diusahakan, karena
nilai nutrisi dan kecernaannya yang rendah. Pakan yang berkualitas dan tersedia
kontinyu sepanjang tahun merupakan salah satu faktor penting dalam upaya
pengembangan peternakan. Upaya peningkatan produktivitas ternak pun dapat
dilakukan dengan penyediaan pakan yang berkualitas secara berkelanjutan. Hal
ini dapat dilakukan mengingat potensi pertanian terutama tanaman jagung yang
cukup berlimpah, yang belum termanfaatkan secara optimal sebagai pakan ternak.
Potensi pakan yang ada tersebut secara optimal belum mampu untuk untuk
mendukung produktivitas ternak yang diusahakan, karena nilai nutrisi yang
rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan suplementasi pada proses pengolahan
limbah pertanian menjadi bahan pakan tambahan.
Hasil samping dari tanaman jagung
sendiri berupa tongkol (janggel) dan batang jagung, dapat dimanfaatkan sebagai
makanan ternak pemamah biak, seperti sapi, kerbau, kambing. Kedua hasil
sampingan tersebut mengandung karbohidrat yang bernilai tinggi
dan dapat berfungsi sebagai pengganti atau menambah gizi makanan ternak asal
rumput atau hijauan segar lainnya. Untuk batang jagung dapt diberikan dalam
bentuk segar atau dapat diubah terlebih dahulu dalam bentuk silase (AAK, 1993).
Kelemahan pemanfaatan tongkol/ janggel
jagung sebagai pakan adalah kandungan seratnya yang tinggi (35 - 45 %) dan
kadar proteinnya yang rendah (1,8 – 3,5 %). Oleh karena itu dalam
pemanfaatannya perlu dilakukan pengolahan. Salah satu cara pengolahan kimia
yang sangat efisien dan mudah dilakukan adalah amoniasi, yaitu dengan
menambahkan urea dan air pada bahan yang diamoniasi. Sedangkan cara biologi
yang paling mudah dilakukan yaitu proses fermentasi.
PEMBAHASAN
Pemecahan karbohidrat di dalam rumen terjadi melalui
dua tahap, yaitu : (1) pemecahan karbohidrat (selulosa, hemi selulosa dan pati)
menjadi glukosa; (2) pemecahan glukosa menjadi piruvat, yang kemudian
difermentasi menjadi asam lemak atsiri. Masing-masing jenis karbohidrat akan
menghasilkan produk fermentasi rumen yang spesifik, akibatnya jumlah molar
masingmasing (C2 , C3 dan C4) juga berbeda-beda.
Produksi Volatile Fatty Acid (VFA) ruminansia mutlak
memerlukan hijauan atau bahan sumber serat yang lain di dalam ransumnya, karena
bahan ini merupakan sumber energi yang potensial. Sekitar 75 persen karbohidrat
dalam ransum ruminansia berasal dari hijauan berbentuk serat kasar, yang
sebagian besar yaitu sekitar 60 sampai 75 persennya akan tercerna dalam proses
pencernaan fermentatif di rumen.
Proses pencernaan karbohidrat di dalam rumen ternak
ruminansia akan menghasilkan energi berupa
VFA. Menurut Hungate (1966), proporsi
molar VFA secara umum mengikuti kondisi normal.
Asam lemak volatil (VFA) merupakan sumber energi utama bagi ternak ruminansia
dan dihasilkan dari proses fermentasi pakan dalam rumen (Orskov dan Ryle,
1990). Banyak hal yang mempengaruhi komposisi VFA, salah satunya adalah
komposisi populasi mikroba rumen.Menurut Sutardi et al. (1983),
produksi VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan mikrobia rumen adalah
80 – 160 mM.
Komar (1984) menyatakan bahwa fermentasi bertujuan
untuk memperbanyak jumlah mikroba dan menggiatkan proses metabolisme di dalam
proses fermentasi tersebut sehingga dapat mengubah senyawa kompleks menjadi
senyawa yang lebih sederhana selain itu, dapat untuk meningkatkan nilai
nutrisi, tekstur dan palatabilitas bahan pakan (Winarno dan Fardiaz, 1984). Mikroba
tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen
menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun
induk semang, VFA total merupakan salah satu produk dari hasil dari pemecahan
karbohidrat dalam pakan.
Menurut Maynard et al. (1983) Tongkol jagung
tergolong pakan serat bermutu rendah, kecernaan dan palatabilitasnyapun rendah.
Rendahnya kecernaan disebabkan kandungan lignin yang tinggi yang membentuk
komplek dengan selulosa dan hemiselulosa. Oleh karena itu agar nilai gizi dan kecernaannya
dapat ditingkatkan perlu dilakukan pengolahan. Salah satu alternatif
peningkatan mutu bahan pakan adalah teknik fermentasi (Umiyasih et al.,
2008). Amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta
membuat ikatan serat menjadi longgar, sedangkan dalam proses fermentasi,
enzym-enzym selulase dari berbagai mikroba selulolitik dapat melakukan
penetrasi dengan lebih mudah dalam bahan pakan berserat tersebut, sehingga
dapat menurunkan serat kasar yang pada akhirnya meningkatkan kecernaan.
Menurut Setyadi dkk (2013) dalam penelitiannya, fermentasi
tongkol jagung dengan Aspergillus niger yang mampu menghasilkan berbagai
enzim salah satunya yaitu enzim selulase mampu memecah selulosa dan
hemiselulosa, selulosa dapat diurai menjadi selubiosa dan selanjutnya selubiosa
diurai menjadi dua gugusan glukosa. Hemiselulosa dapat diurai menjadi xilosa,
glukosa, galaktosa dan arabinosa. Dengan demikian, kecernaan tongkol jagung
dapat meningkat. Namun, level penggunaan Aspergillus niger haruslah tepat
untuk meningkatkan kecernaan.
Kecernaan pakan dalam rumen tidak hanya ditentukan
oleh fermentabilitasnya saja, tetapi juga ditentukan oleh pertumbuhan mikroba
rumen, karena kecernaan pakan dalam rumen pada prinsipnya adalah kerja enzim
yang diproduksi oleh mikroba dalam rumen itu sendiri. Perkembangan dan
pertumbuhan mikroba rumen sangat tergantung pada ketersediaan nutrient
precursor seperti karbohidrat, asam amino, nitrogen, mineral dan vitamin.
Peningkatan populasi mikroba dapat meningkatkan konsentrasi enzim yang pada
gilirannya akan meningkatkan kecernaan pakan, sekaligus meningkatkan suplai
protein mikroba untuk kebutuhan protein ternak ruminansia (Elihasridas, 2012).
Sebaliknya kekurangan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba akan mengurangi
biomasanya dan akhirnya akan menurunkan kecernaan pakan.
Oleh sebab itu untuk mencapai efisiensi fermentasi dan sintesis protein mikroba
yang tinggi, semua prekursor tersebut harus tersedia dalam jumlah yang cukup
dan seimbang.
KESIMPULAN
Tongkol
jagung merupakan salah satu hasil ikutan pertanian yang cukup potensial
digunakan sebagai bahan pakan alternatif pengganti hijauan untuk ternak
ruminansia. Kendala pemanfaatan tongkol jagung sebagai pakan yaitu kandungan
serat kasarnya yang tinggi, sedangkan kandungan protein dan kecernaannya
rendah. Dalam pemanfaatannya tongkol jagung sebagai bahan pakan, tongkol jagung
perlu ditingkatkan kualitasnya antara lain dengan teknologi pengolahan amoniasi atau fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
AAK,
1993. Teknik Bercocok Tanam Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
Hungate, R.E. 1966. The Rumen and
Its Microbes. Academic Press. New York and London.
Elihasridas,
2012. Respon supplementasi mineral zink (zn) terhadap kecernaan in-vitro ransum
tongkol jagung amoniasi. Jurnal
peternakan vol 9 no 1 (9-14).
Komar,
A. 1984. Teknologi Pengolahan Jermi sebagai Makanan Ternak. Cetakan I Yayasan
Dian Grahita. Bandung.
Sutardi,
T., N. A. Sigit dan T. Toharmat. 1983. Standarisasi Mutu Protein Bahan Makanan
Ruminansia Berdasarkan Parameter Metabolismenya oleh Mikrobia Rumen. Proyek
Pengembangan Ilmu dan Teknologi. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta
(Tidak diterbitkan).
Winarno
, F. G . dan S. Fardiaz . 1984. Ilmu Pangan Dan Gizi. PT. Gramedia, Jakarta.
Umiyasih,
U., dan E. Wina, 2008. Pengolahan dan Nilai Nutrisi Limbah Tanaman Jagung
sebagai Pakan Ternak Ruminansia. Wartazoa, 18(3).
Maynard,
LA, JK Loosli, HF Hintz dan RG Warner, 1983. Animal Nutrition. Seventh Edition.
Hill Publishing Company Limited. New Delhi.
Setyadi,
jangga haris, tri rahardjo dan suparwi. 2013. Kecernaan bahan kering dan bahan
organik tongkol jagung (Zea mays) yang
difermentasi dengan Aspergillus niger secara
in-vitro.
Jual Singkong Sortiran (ukuran krucil) Rp 1500/kg, Bonggol Singkong Rp 750/kg, Kulit Singkong Rp 750/kg kondisi basah sangat bagus untuk campuran Pakan Ternak Sapi, Kambing, Domba, Unggas. Bisa juga untuk bahan baku Industri Tepung Tapioka (food) & Tepung ternak. Hubungi Bpk.Heru Malang - Jatim Hp/Wa 081334272800 Blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com
BalasHapusJual SINGKONG SORTIRAN (ukuran krucil) Rp 1500/kg, BONGGOL SINGKONG BASAH Rp 750/kg, KULIT SINGKONG BASAH Rp 750/kg sangat bagus untuk campuran Pakan Ternak Sapi potong, Sapi perah, Kambing, Domba, Unggas. Bisa juga untuk bahan baku Industri Tepung Tapioka (food) & Tepung ternak. HUB. BPK HERU MALANG - JATIM Hp/Wa 081334272800 Blog saya di www.belisingkongsegar.blogspot.com
BalasHapus