|
GENITALIA MASCULINA ITIK
OLEH :
KELOMPOK : 05 B
UMI FADILAH D1E012013
IRINDIYANI D1E012062
PINUJI RAHAYU D1E012082
RINA MAHESA D1E012112
TAUFIK ISMAIL D1E012136
RAKHMAT ARIFIN D1E012149
ERIENT ROSYALINA D1E012176
RICKY TRINALDYP. D1E012260
LABORATORIUM
FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tanpa ada halangan suatu apapun. Kami menyadari tanpa bantuan orang
lain, penelitian ini tidak akan selesai dengan hasil yang maksimal. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
- Bapak dan ibu selaku orang tua murid yang telah memberikan dukungan spiritual dan material.
- Ir. Dadang Mulyadi S., MS., M.Agr.Sc., Ph.D yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
- Teman-teman fakultas Peternakan progam studi Peternakan angkatan 2012.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa
makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis
menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan
pada penulisan penelitian berikutnya.
Purwokerto, Nopember 2013
Penulis
1.1 Latar Belakang
Reproduksi adalah
pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan merupakan ciri khas
dari semua organisme hidup. Proses reproduksi tidak diperlukan untuk
kelangsungan hidup organisme, tetapi tanpa reproduksi spesies akan punah. Untuk
terjadinya proses reproduksi seksual, hewan perlu memiliki organ reproduksi
yang mampu menghasilkan gamet.
Unggas
merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia. Unggas
mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa
memeliharanya. Selain itu, ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan
ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur
reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
Testes
merupakan alat reproduksi primer pada hewan jantan, dan pada hewan menyusui
testes terdapat di dalam kantung di luar tubuh yang disebut scrotum.
Saluran-saluran alat pelengkap merupakan alat reproduksi sekunder yang berasal
dari testis menuju efferentia, epidermis, dan fase diferensial dan penis dengan
saluran yang merupakan saluran bersama dialirkannya plasma air mani. Alat
kelamin primer, sekunder, dan pelengkap ketiganya disebut saluran reproduksi
jantan.
Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes,
epididimis, dan ductus deferens.Dari organ reproduksi tersebut maka akan
diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada
mamalia. Oleh karena itu, pembuatanmakalah sederhana ini dibuat untuk
menjelaskan tentang sistem reproduksi pada itik.
1.2
Tujuan
a. Mengetahui
organa genitalia masculina itik
b. Mengetahui
fungsi organa genitalia masculina itik
c. Mengetahui
mekanisme spermatogenesis
1.3.
Perumusan Masalah
a. Apa saja
organa genitalia masculina pada itik?
b. Apa fungsi
organa genitalia masculina pada itik?
c. Bagaimana
mekanisme pembentukan spermatozoa?
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem
reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan berwarna terang, dan menghasilkan sperma
yang
masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang bernama vas defferens serta sebuah kloaka
yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut (Srigandono, 1997).Alat
reproduksi unggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok danalat kelamin
pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa
yaitu testis. Alat kelamin
pelengkap terdiri atas salurantestis
yang menuju kloaka yaitu epididymis,
vas defferens, dan papillae (Sarengat, 1982).
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak
ventral dari lobus anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat
musim kawin. Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir medial testis sedikit konkaf dan mempunyai
penjuluran kecil pipih yang dianggap sama seperti epididimis pada mammalia. Dari situlah keluar saluran vas defferens yang secara
bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter
masuk ke dalam kloaka (Soegiarsih, 1990).
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya,
karena testis tidak turun dalam
skrotum tetapi tetap dalam
rongga badan. Testis
menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya
berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang
diteruskan kedalam testis membentuk
kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono,
1993). Masing-masing vas defferens menuju papilae
yang berfungs sebagai organ
cadangan yang mengalami rudimenter. Papilae
ini terletak di bagian tengah dari kloaka (Sarengat,
1982).
Fungsi reproduksi pada alat kelamin jantan dapat dibagi
menjadi tiga subdivisi utama: pertama, spermatogenesis, yang berarti hanya
pembentukan sperma. Kedua, kinerja kegiatan seksual alat kelamin jantan. Dan
ketiga,pengaturan fungsi reproduksi alat kelamin jantan oleh berbagai hormon (Guyton
& Hall,1997).
Organ reproduksi itik terdiri dari sepasang testis,
epididimis, duktus deferens dan organ kopulasi pada kloaka. Testis berjumlah
sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian
anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang.Pada unggas testis tidak
seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis
menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan
disebut sperma (Nalbandov, 1990). Epididimis berjumlah sepasang dan terletak
pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke
arah kaudal menuju ductus deferens.
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang
terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari
organ kopulasi (Nesheim et al.,
1979).
Testes sebagai organ kelamin primer
mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin
jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa
dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating
Hormone). Testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas
pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).
sebagai organ
cadangan yang mengalami rudimenter. Papilae
ini terletak di bagian tengah dari kloaka (Sarengat,
1982).
Fungsi reproduksi pada alat kelamin jantan dapat dibagi
menjadi tiga subdivisi utama: pertama, spermatogenesis, yang berarti hanya
pembentukan sperma. Kedua, kinerja kegiatan seksual alat kelamin jantan. Dan
ketiga,pengaturan fungsi reproduksi alat kelamin jantan oleh berbagai hormon (Guyton
& Hall,1997).
Organ reproduksi itik terdiri dari sepasang testis,
epididimis, duktus deferens dan organ kopulasi pada kloaka. Testis berjumlah
sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian
anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang.Pada unggas testis tidak
seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis
menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan
disebut sperma (Nalbandov, 1990). Epididimis berjumlah sepasang dan terletak
pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke
arah kaudal menuju ductus deferens.
Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang
terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari
organ kopulasi (Nesheim et al.,
1979).
Testes sebagai organ kelamin primer
mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin
jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa
dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating
Hormone). Testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas
pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).
Struktur-struktur testis meliputi; a)
Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak
mengandung pembuluh syaraf dan darah; b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus,
merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari
Lobulus; d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan
Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan
dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis; g)
Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya
vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats
epididimis membelok ke atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis
yang terletak pada bagian bawah testis yang membelok ke atas; i) Vasdeferens,
terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere, 1979).
Epididimis yaitu suatu pembuluh yang timbul
dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3
bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis)
membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada
ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan
menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979).
Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah,
sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes,
dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor
epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes
yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa
benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).
Vas deferens atau ductus deferens
mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot
licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi.
Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979).
Salisbury (1985), menyatakan bahwa vas
deferens berasal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke
atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di
tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan
vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens
akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar
hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan
dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens
menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut
syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis
inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak
sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar
membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979).
III.
PEMBAHASAN
3.1.
Organ Reproduksi Masculina Itik
Organ reproduksi itik jantan terdiri dari testes, epididimis, ductus deferens, dan organ
kopulasi yang terdapat dalam kloaka.
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes tidak terdapat dalam skrotum tetapi tetap berada
dalam rongga badan dan terletak didekat tulang belakang dekat bagian anterior.
Testis itik jantan terletak di rongga badan dekat tulang
belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi
oleh ligamentum mesorchium, berdekatan
dengan aorta dan vena cava, atau di belakang
paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara,
temperatur testis selalu 41o sampai 43o C karena
spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.Testis
berfungsi sebagai penghasil spermatozoa dan menghasilkan hormon testoteron. Didalam testis terdapat
tubulus seminiferus dan sel Leydig. Didalam tubulus seminiferus terdapat
tubuli yang kemudian
akan terbentuk menjadi tubulus, berkembang menjadi lobus, kemudian
menjadi lobulus dan ke retetestis. Menurut Bahr dan Bakst (1987), testis terdiri atas banyak
saluran yang berupa pipa kecil yang sangat elastis dan panjang berkelok–kelok
berfungsinya mengeluarkan spermatozoa.
Testis itik berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem.
Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam
dari testis terdiri atas tubuli
seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan
tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig)
tempat disekresikannya hormon steroid,
androgen, dan testosteron.
Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.
Epididimis
berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis. Epididimis
ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens. Saluran deferens dibagi
menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis,
serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan
saluran deferens. Saluran
deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan
dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum
diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal
saluran deferens. Alat
kopulasi pada itik berbentuk spiral yang memiliki panjang 12 sampai 18 cm (Yuwanta,2000). Sedangkan pada
ayam berupa papila ( penis) yang mengalami rudimenter. Pada papila ini juga
diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya
kopulasi.
3.2. Mekanisme Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses
pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawah
kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli
seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Pematangan
sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis.
Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium
germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga
fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang
membutuhkan waktu 13 – 14 hari.
1. Tempat spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di testis.
Didalam testis terdapat tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus
terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat. Pada jaringan epithelium
terdapat sel–sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi
pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig
yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses
spermatogenesis.
2. Proses Spermatogenesis
Pada
masa pubertas, spermatogonia membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan
lebih banyak spermatogonia. Beberapa spermatogonia membelah diri kembali,
sedangkan lainnya berkembang menjadi spermatosit primer yang juga mengandung
kromosom sebanyak 46 kromosom. Sel–sel spermatosit primer tersebut kemudian
membelah secara meiosis menjadi dua spermatosit sekunder yang jumlah
kromosomnya menjadi setengahnya (23 kromosom haploid). Selanjutnya spermatosit
sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi empat spermatid. Jadi,
spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I yang menghasilkan dua
spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiosis II, kedua spermatosit sekunder
membelah lagi menghasilkan empat spermatid. Selanjutnya spermatid berdiferensiasi
menjadi sel kelamin dewasa(masak) yang disebut spermatozoa atau sperma. Ini
juga memiliki 23 kromosom (haploid).
Proses pembentukan spermatozoa
dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis
yaitu:
a. LH
(Luteinizing Hormone)
merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa
pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
b. FSH
(Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan
ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai
proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa
disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama dua hari ( Garner dan Hafez, 1987 ).
Unggas jantan khususnya pada itik
memiliki hormon yang berperan dalam proses reproduksinya, salah satunya adalah
hormon androgen. Androgen berperan dalam menentukan rentang hidup sperma dengan
menimbulkan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada sel sperma; atau
bahkan secara tidak langsung pula androgen bereaksi terhadap epididimis dan
sekresinya. Dimana secara normal androgen yang utama yang beredar dalam tubuh
adalah testoteron, adalah senyawa hormon steroid yang mengandung 19 atom karbon
dengan inti siklopentanoperhidropenantren
yang dihasilkan oleh sel-sel Leydig dalam testis dalam kondisi normal (
Kaltenbach dan Dund, 1980 ).
Hal
tersebut didukung oleh Nalbandov ( 1990 ), hormon androgen ini berperan dalam
proses pertumbuhan tulang dan pembesaran jumlah serta ketebalan serabut otot
serta kekuatan daya rentang dan kemampuan daya kerja otot. Hal ini merupakan
sebab terjadinya pertumbuhan pada itik jantan dewasa yang lebih cepat dan lebih
baik. Pertumbuhan itik jantan dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi,
lingkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi genetiknya.
Produksi
spermatozoa, volume testis dan fertilitas dipengaruhi oleh bahan pakan yang
dikonsumsi itik. Hal ini didukung oleh Tillman et al (1998) yang menyatakan bahwa pakan yang kurang atau berlebih
berpengaruh buruk terhadap reproduksi dan produksi spermatozoa. Konsumsi pakan
dipengaruhi oleh bangsa, genetik, besar tubuh, jenis kelamin, umur tingkat
produksi telur, besar telur, aktivitas tipe kandang, palatibiytas pakan,
kandungan energi pakan, kualitas kecernaan, konsumsi air, suhu tubuh, kandungan
lemak tubuh dan tingkat stress.
3.Bagian – Bagian Sperma
Sperma
dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagelata).
Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom
yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan–lapisan sel telur
pada waktu fertilisasi. Kepala seperma unggas berukuran 12,5 µm, sementara
akrosom berukuran 1,75 µm. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang
menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk pergerakan sperma, yang berukuran
4 µm. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak, yang berukuran 80 µm. Sehingga
panjang keseluruhan spermatozoa yaitu 100 µm ( King and McLelland, 1975 ).
Sebelum
ejekulasi sperma dapat hidup dengan waktu yang lama dalam epididimis. Namun,
setelah diejekulasikan sperma hanya dapat bertahan hidup dalam alat reproduksi
betina selama 20-30 jam. Terlepas dari kemampuan epididimis yang luar biasa
untuk mempertahankan kemampuan sel sperma untuk mengadakan pembuahan atau
paling tidak untuk mempertahankan motilitasnya dalam waktu lama, sperma juga
mati meskipun dalam lingkungan yag paling nyaman.
Menurut
Garner dan Hafez (1987), rataan motilitas pada unggas bekisar antara 60-80%.
Faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain umur spermatozoa,
energi ATP, bagian-bagian gen yang aktif, kandungan cairan dan stimulasi
inhibisi. Perbedaan volume per ejakulasi pada itik dapat disebabkan karena perbedaan
umur, ras, berat dan besar badan, mutu pakan, frekuensi penampungan, faktor
genetik dan kondisi dari ternak itu sendiri.
IV. KESIMPULAN
Organ reproduksi itik jantan terdiri dari testes, epididimis, ductus deferens, dan organ
kopulasi yang terdapat dalam kloaka.
Testis itik berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Epididimis berjumlah sepasang,
berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis. Saluran deferens dibagi menjadi dua
bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian
bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens.
Spermatogenesis
terjadi di testis. Produksi spermatozoa, volume testis dan fertilitas
dipengaruhi oleh bahan pakan yang dikonsumsi itik. Sperma dewasa terdiri dari
tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagelata).
DAFTAR
PUSTAKA
Garner, D.L,E.S.E. Hafez. 1987. Spermatozoa Dan Sminal Plasma . dalam E.S.E. Hafez (Ed).
Reproduction in Farm Animal. 5th Ed. Lea and Febiger, Phiadelpia.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta.
Kaltenbach, C.C, and T.G Dunn. 1980. Endocrinology of Reproduction. In: Reproduction in Farm Animal.
Hafez. E.S.E. (Ed). Lea and Febiger. Philadelphia. USA.
King, A.S and J.McLelland. 1975. Outline of Avian Anatomy. Bill Tindall and Cox. London.
Marawali, A. 2001. Dasar-dasar Ilmu
Reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi
Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Kupang.
Nalbandov, AV. 1990. Fisiologi
Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas
Indonesia (UI-Press).
Nesheim, M. C., R. E. Austic and L. E. Card. 1979. Poultry Production 12th ed. Lea Febiger,
Philadelphia.
Salisbury, G.W,
Vanbemark N.L. 1985. Fisiologi
Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Sarengat, W. 1982. Pengantar
Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas
Diponegoro. Semarang.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.