Senin, 09 Juni 2014

ANATOMI DAN FISIOLOGI UNGGAS




 Anatomi dan Fisiologi Unggas
 Body Covering
            Body Covering merupakan bagian tubuh bagian luar yang berfungsi menutupi dan melindungi dari pengaruh lingkungan yang merugikan. Penutup tubuh unggas atau eksoskeleton terdiri dari : bulu, paruh, kulit, sisik, jengger, gelambir dan cuping telinga (Mufti dkk,2012). Secara histologis kulit ayam terdiri dari dua lapisan jaringan yaitu epidermis dan dermis. Bulu, paruh, kuku, dan sisik merupakan perkembangan dari lapisan epidermis. Dermis (innerlayer) merupakan bagian utama dari kulit yang terdiri atas jaringan ikat dan banyak mengandung serabut kolagen. Secara embriologis, dermis ini berasal dari messodermal dan perkembangan dermis ini membentuk jengger, cupping dan pial. Kulit unggas relatif lebih tipis dibandingkan dengan mamalia.  Unggas memiliki glandula uropigeal yang disebut pygostyle (kelenjar minyak) yang terdapat di pangkal ekor. Kulit mempunyai fungsi sebagai penahan masuknya bibit penyakit kedalam tubuh dan sebagai insulasi panas tubuh (North, 1979).
Beberapa bagian tubuh terdapat bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain jengger, gelambir, cuping, paruh, kuku. Jengger dan gelambir serta comb bersifat sensitif terhadap hormon sex sehingga dapat dijadikan indikator karakteristik secundary sex, sebagai accesory sexual epidermal (Mufti dkk,2012). Dijelaskan pula oleh Suprijatna (2005) bahwa, selain jengger juga terdapat sepasang pial pada bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh. Ukuran serta tekstur jengger dan pial dalam beberapa memiliki peranan dalam seleksi bibit untuk menentukan produktivitas seekor ayam betina. Hal tersebut dikarenakan kondisi organ ini dapat dijadikan indikasi produktifitas seekor ayam betina. Ayam betina yang sedang bertelur menunjukkan jengger yang merah dan menebal serta lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang produksi menunjukkan jengger yang tipis, kering, dan jengger yang tumbuh dan berkembang dengan menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang baik dibandingkan ayam yang memiliki jengger kecil.
Tubuh ayam hampir seluruhnya tertutup oleh bulu. Menurut Suprijatna (2005), bulu merupakan pertumbuhan kearah luar dari epidermis yang membentuk bulu penutup tubuh (plumae). Saat menetas tubuh anak ayam tertutup bulu kapas atau down feather. Selanjutnya bulu segera berganti dengan bulu yang lebih keras disebut bulu dewasa. Fungsi bulu adalah melindungi tubuh dari kerusakan fisik, mengatur dan menjaga stabilitas tubuh, sarana untuk terbang dan merupakan daya tarik bagi lawan jenis serta untuk menduga kemampuan bertelur (Suprijatna,2005). Dijelaskan oleh Latipudin dkk (2011), bahwa unggas sebagai hewan homoioterm dengan tingkat metabolisme tinggi dapat menjaga serta mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses homeostatis. Temperatur tubuhnya konstan meskipun hidup pada temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari temperatur tubuhnya. Hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya yaitu hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh.
Umumnya bulu burung merupakan tipe bulu yang bergaris luar bulu-bulu pada rusuk yang berfungsi untuk menutupi tubuh dan membuat tubuh menjadi lebih lurus dan ramping. Bulu tipe ini terdiri dari bulu yang cekung (calamus), muncul dari folikel kulit dan tangkai atau rachis yang merupakan kelanjutan dari bulu dan melahirkan banyak barb. Berdasarkan strukturnya, bulu unggas dibagi menjadi 3 macam yaitu plumae, plumulae dan filoplumae.  Bulu plumae merupakan bulu penutup bagian luar yang membentuk vigor unggas. Bulu plumae terdiri dari Calamus (tangkai bulu melekat pada folikel), Rachis (Shaft), dan vexillum (bendera dikanan kiri rachis).  Bulu plumae terdapat pada ayam dewasa yang letaknya di bagian bawah bulu plumae.  Bulu filoplumae merupakan bulu halus yang terdapat di antara bulu plumae dan plumulae (Riswantiyah, dkk. 1999).
sistem Kerangka
            Osteologi adalah ilmu yang mempelajari kerangka atau skeleton. Struktur kerangka pada unggas terdiri atas tulang-tulang yang padat, ringan dan sangat kuat. Pada umumnya tulang panjang  pada unggas memiliki rongga yang membuatnya menjadi ringan, dan kebanyakan dari tulang tersebut menyatu dan membentuk struktur yang sangat kuat sebagai tempat perlekatan bagi otot yang digunakan untuk terbang (Card, 1960., dalam Nasution dkk, 2013). Kerangka ayam berfungsi menyokong tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ vital, tempat diproduksi sel darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernafasan dan meringankan tubuh saat terbang (North, 1978). Hal tersebut juga ditambahkan oleh Retno (2012), bahwa tulang juga merupakan jaringan pengikat yang spesial.
            Berdasarkan karakteristiknya kerangka unggas bersifat spesifik yakni ringan dan berisi udara yang sesuai dengan fungsinya untuk bergerak, berjalan dan terbang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Akoso (1993), kerangka unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat, sehingga beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada unggas air.
            Nasheim et al (1979), menjelaskan bahwa tulang unggas merupakan tipe yang sangat unik karena dirongga dalamnya terdapat sumsum tulang. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Suprijatna ( 2005) bahwa produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut terdapat suatu struktur tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa) yaitu tibia, tibia, femur, pubic, sternum, ribs, ulna dan scapula.tulang ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan baik, yang fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium.
                Susunan tulang ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
a.       Vertebrae cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) yang berguna untuk menggerakan leher
b.      Vertebrae columnalis atau vertebrae dorsalis atau tulang punggung (7 ruas)
c.       Vertebrae pygostyle dan urostylus, yaitu tulang ekor yang membentuk coccygeal (4 ruas)
d.      Tulang rusuk sebanyak 7 buah
e.       Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang
f.       Tulang pubis, yang terdiri atas vertebrae sacral dan vertebrae lumbal masing-masing 7 buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastis saat terjadinya peneluran.
Menutut Kardong (2002), unggas memiliki sepasang ekstremitas anterior yang merupakan sayap yang terlipat seperti huruf Z, pada saat tubuh tidak terbang. Ektremitas posterior berupa kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Hal tersebut dijelaskan menurut North (1978), yaitu fungsi kerangka tangan dan lengan pada manusia menyerupai pada kaki unggas. Tulang metatarsus merupakan pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang dan menyatu pada bagian 
Sistem Pencernaan
            Penampilan produksi ternak secara fisiologis ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan saluran pencernaan dan organ tubuh bagian dalam. Saluran pencernaan adalah organ penting untuk mengubah bahan makanan dari senyawa yang kompleks menjadi lebih sederhana. Alat pencernaan merupakan organ untuk menentukan keefisienan penggunaan pakan. Pencernaan yang memiliki 245-255 cm tergantung pada umur dan jenis unggas memiliki prinsip pencernaan yang terdiri dari tiga macam yaitu pencernaan secara mekanik ( fisik), pencernaan secara kimiawi (enzimatik), dan pencernaan secara mikrobiologi yang terjadi di sekum dan kolon. Sistem pencernaan pada ayam bermula dari pengambilan pakan dengan menggunakan paruh (beak) masuk melalui oesophagus dengan adanya gerak peristaltik.
            Ayam tidak memiliki lidah, pipi dan gigi langit-langitnya lunak tetapi rahang atas dan bawah. Saliva dan enzim amilase disekresikan oleh kelenjar dimulut (Suprijatna, 2005). Pada bagian mulut terjadi pencernaan secara enzimatis dan adanya pencampuran pakan dengan enzim amilase dan enzim lipase. Enzim amilase berfungsi sebagai pemecah senyawa kompleks karbohidrat menjadi lebih sederhana menjadi monosakarida atau glukosa. Enzim lipase berfungsi sebagai pemecah lemak menjadi asam lemak dan diserap dalam bentuk sederhana yaitu gliserol.
            Masuknya pakan melalui oesophagus yang merupakan saluran penghubung dengan crop. Menurut Sturkie (1976) dalam Yuhaimi (1990) melaporkan bahwa oesophagus pada unggas umumnya relatif panjang yaitu 15-20 cm pada unggas dewasa. Oesophagus dibagi menjadi dua yaitu uper dan lower. Upper atau bagian atas yang menghubungkan antara oesophagus dengan crop sedangkan lower menghubungkan antara crop dengan proventikulus.
                Pencernaan selanjutnya yaitu crop atau tembolok. Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan. Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan disini, kecuali pencampuran sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan akitivitasnya di tembolok. Yuwanata (2004) menyatakan bahwa, kapasitas tembolok mampu menampung pakan 250 g dan pada tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang lapar di hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan memberikan respon pada saraf untuk makan atau menghentikan makan. Pada beberapa unggas ada yang tidak mefungsikan crop sebagaimana mestinya contohnya angsa dan itik.
Menurut Hickman (2003), tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan dari crop masuk ke dalam proventikulus dan ventrikulus atau gizzard, proventikulus menghasilkan cairan lambung sedang ventrikulus berdinding tebal berlapis jaringan epitel keras sebelah dalam yang menghasilkan sekresi. Dalam gizzard sering terdapat kerikil yang berfungsi membantu penggilingan bahan pakan. Ventrikulus  merupakan tempat terjadinya proses pencernaan secara mekanik karena adanya otot tebal yang berfungsi membantu melumatkan karena adanya bantuan grit (kerikil atau sekam). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hickman (2003) yang telah dijelaskan diatas. Selanjutnya makan menuju usus halus yang berfungsi sebagai penyerapan nutrien. Usus halus terdapat tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
Suprijatna (2005) menjelaskan bahwa pada ayam dewasa rectum panjangnya hanya sekitar 10 cm. Sedangkan usus besar panjangnya 10-12 cm dan dapat menahan feses sampai dikeluarkan kedalam kloaka. Sekum pada ayam berfungsi pencernaan fermentatif karena adanya bantuan fermentasi pada mikroba. Sedangkan pada kolon terjadinya penyerapan air sebanyak 72%-75%. Rectum berfungsi untuk penyimpanan feses sementara lalu keluar melalui kloaka dengan saluran coprodeum.

 Reproduksi Jantan
            Organ reproduksi jantan unggas terdiri atas sepasang testis, retetestis, vas afferent, vas defferent, epididimis dan papilae. Hal ini sesuai dengan pendapat Toelihere (1985), bahwa organ reproduksi ayam jantan terdiri atas spasang testis, ductus epididimis, sepasang dcutus afferent dan sebuah alat kopulasi yang disebut phalus yang seluruhnya terletak di rongga perut. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990). Yuwanata (2004) menyatakan bahwa, meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 410C-430C karena sparmatogenesis (pembuatan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.
            Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens. Menurut Permana (2007), pada unggas dewasa epididimis berukuran kecil dengan diameter 3 mm dan tidak begitu terlihat karena terlindung oleh alat penggantung testes. Saluran defferent jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda terlihat lurus dan pada ayam jantan tua tampak berkelok-kelok. Menurut Amrullah (2004), letaknya kearah caudal, menyilang dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum.
Sebagian besar aves memiliki vesica seminalis yang merupakan gelmbung kecil bersifat kelenjar sebagai tempat penampung sperma sementara sebelum diejakulasikan melalui papilae yang terletak pada kloaka. Alat kopulasi unggas (ayam) atau papilae terletak pada dinding dorsal kloaka. Menurut Yuwanta (2010), alat kopulasi pada ayam berupa papilae yang mengalami rudimenter. Hal ini sesuai dengan Supriatna (2000), papilae dapat dibedakan menjadi dua tipe non protudens dan protudens.
3.1.5 Reproduksi Betina
            Alat reproduksi ayam betina terdiri dari dua bagian utama yaitu ovarium yang merupakan tempat sintesis hormon steroid seksual, gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur atau ovum. Bagian kedua adalah oviduct yaitu tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur dan pembentukan kerbang telur. Pada ayam umumnya hanya ovarium kiri yang berkembang dan berfungsi sedangkan pada bagian kanan mengalami rudimenter (Yuwanta, 2004). Hal ini terlihat pada bentuk dengan ukuran yang berbeda cukup nyata.
            Bentuk ovarium seperti buah anggur terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal sebelah kiri. Bergantung pada ligamentum mesovarium. Ovarium terbagi menjadi dua bagian yaitu cortex pada bagian luar dan medula pada bagia dalam. Cortex mengalami folikel dan pada folikel terdapat sel telur (Putranto,2011). Hal tersebut dapat dipastikan bahwa ovarium sangat kaya akan kuning telur atau yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak mengandung folikel-folikel.
Ovarium menghasilkan beberapa hormon pada saat perkembangannya, folikel-folikel pada ovarium ini berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1972). Anak ayam belum dewasa mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang sempurna. Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut (Akoso, 1993).
Setelah ayam dewasa ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan saluran reproduksi dan merangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan substansi lain dalam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang pertumbuhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh ovarium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus untuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal (Akoso, 1993).
            Oviduct unggas berukuran cukup besar yang membentang dari ovarium sampai kloaka, dengan daerah utama infundibulum, magnum, itshmus, uterus dan vagina. Menurut Blakelly (1991), infundibulum berperan dalam penangkapan kuning telur atau yolk. Kuning telur kemudian menuju magnum selama 3 jam untuk sekresi putih telur kental. Daerah berikutnya adalah itshmus. Didalam itshmus tinggal kira-kira 1,25 jam dan memperoleh membran kerabang. Telur ditahan paling lama di uterus salama 20 jam dan terjadi sekresi putih telur encer, CaCo3 untuk pembentukkan kerabang dan pigmentasi kerabang. Setelah kerabang ter bentuk telur masuk vagina dan tinggal didalamnya kira-kira 15 menit. Telur yang sudah sempurna keluar melalui kloaka dengan saluran proktodeum.

Sistem Eksresi
Sistem ekskretoria pada unggas terletak di bagian dorsal alat reproduksi. Bagian ini berfungsi mengeliminir sisa pembakaran protein. Asam urat sisa hasil pembakaran protein oleh hati memasuki usus melalui fili-fili yang berhubungan dengan kapiler darah dalam sirkulasi darah memasuki ginjal melalui arteri afferent. Menurut Suprijatna (2005), Didalam ginjal urine mengalami filtrasi setelah keluar melalui arteri afferent oleh tubuli convoltus proximal, medial, dan tubuli convoltus distal yang berakhir di tubuli collective. Urine akan dikeluarkan dari tubuli collective ke ureter menuju kloaka sebagai muara akhir bersama-sama dengan feses. Urine unggas berbeda dengan urine mamalia, nitrogen terutama terdapat dalam bentuk air. Unggas tidak mempunyai kandung kemih (vesica urinaria/blandder).
Ekskresi air dan sisa metabolik sebagian besar terjadi melalui ginjal. Jumlahnya dua buah (sinister dan dexter) masing-masing 3-4 lobus berwarna cokelat dan lunak, terletak menempel pada columna vertebralis tepat di belakang pulmo. Sistem ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif besar-memanjang, berlokasi di belakang paru-paru, dan menempel pada tulang punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit fungsional utama dari ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine, melalui proses sebagai berikut :
1.      Filtrasi darah sehingga air dan limbah metabolisme diekskresikan;
2.      Reabsopsi beberapa nutrient (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemungkinan digunakan kembali.
Sel dan protein darah dengan demikian disaring keluar dari darah, sedangkan filter melewati tubuh ginjal. Air dan zat-zat tertentu untuk tubuh sebagian besar diabsopsi kembali, sedangkan sisa-sisa produk yang harus dibuang diekskresikan melalui urine. Ginjal memiliki peran kunci dalam pengaturan keseimbangan asam basa dan mempertahankan keseimbangan osmotik cairan tubuh. Spector dan Spector (2003) dalam Retnani (2009) menyatakan kelainan berat ginjal disebabkan oleh gangguan metabolisme asam urat yang dicirikan oleh deposisi garam urat dalam ginjaly yang berupa material putih.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dan cloaca. Unggas yang normal, urine melewati ureter sekitar 700 – 800 cc setiap hari. Serupa dengan yang terjadi di dalam usus besar, di sepanjang ureter juga terjadi di reabsorpsi cairan oleh dinding ureter yang selanjutnya akan diteruskan dalam sirkulasi dalam tubuh. Urine pada unggas terutama tersusun atas asam urat yang bercampur dengan feses pada cloaca dan keluar sebagai kotoran berupa material berwarna putih seperti pasta (Suprijatna, 2005).