Anatomi dan
Fisiologi Unggas
Body Covering
Body Covering merupakan bagian tubuh
bagian luar yang berfungsi menutupi dan melindungi dari pengaruh lingkungan
yang merugikan. Penutup tubuh unggas atau eksoskeleton terdiri dari : bulu,
paruh, kulit, sisik, jengger, gelambir dan cuping telinga (Mufti dkk,2012). Secara histologis kulit ayam terdiri dari dua lapisan jaringan
yaitu epidermis dan dermis. Bulu, paruh, kuku, dan sisik merupakan perkembangan
dari lapisan epidermis. Dermis (innerlayer) merupakan bagian utama dari kulit
yang terdiri atas jaringan ikat dan banyak mengandung serabut kolagen. Secara
embriologis, dermis ini berasal dari messodermal dan perkembangan dermis ini
membentuk jengger, cupping dan pial. Kulit unggas relatif lebih
tipis dibandingkan dengan mamalia. Unggas
memiliki glandula uropigeal yang disebut pygostyle (kelenjar minyak) yang
terdapat di pangkal ekor. Kulit mempunyai fungsi sebagai penahan masuknya bibit
penyakit kedalam tubuh dan sebagai insulasi panas tubuh (North, 1979).
Beberapa
bagian tubuh terdapat bagian kulit yang tanpa bulu, antara lain jengger,
gelambir, cuping, paruh, kuku. Jengger dan gelambir serta comb bersifat
sensitif terhadap hormon sex sehingga dapat
dijadikan indikator karakteristik secundary sex, sebagai accesory
sexual epidermal (Mufti dkk,2012). Dijelaskan pula oleh Suprijatna (2005) bahwa, selain jengger juga terdapat sepasang pial
pada bagian kedua sisi rahang bawah dibagian basal paruh. Ukuran serta tekstur jengger dan pial dalam beberapa memiliki
peranan dalam seleksi bibit untuk menentukan produktivitas seekor ayam betina. Hal
tersebut dikarenakan kondisi organ ini dapat dijadikan indikasi produktifitas
seekor ayam betina. Ayam betina yang sedang bertelur menunjukkan jengger yang
merah dan menebal serta lunak dan hangat,
sedangkan ayam betina yang produksi menunjukkan jengger yang tipis,
kering, dan jengger yang tumbuh dan berkembang dengan menunjukkan kinerja produksi dan reproduksi yang baik dibandingkan
ayam yang memiliki jengger kecil.
Tubuh
ayam hampir seluruhnya tertutup oleh bulu. Menurut Suprijatna (2005), bulu
merupakan pertumbuhan kearah luar dari epidermis yang membentuk bulu penutup
tubuh (plumae). Saat menetas tubuh anak ayam tertutup bulu kapas atau down
feather. Selanjutnya bulu segera berganti dengan bulu yang lebih keras disebut
bulu dewasa. Fungsi bulu adalah melindungi tubuh dari kerusakan fisik, mengatur
dan menjaga stabilitas tubuh, sarana untuk terbang dan merupakan daya tarik
bagi lawan jenis serta untuk menduga kemampuan bertelur (Suprijatna,2005). Dijelaskan oleh Latipudin dkk (2011),
bahwa unggas sebagai hewan homoioterm dengan tingkat metabolisme tinggi dapat
menjaga serta mengatur suhu tubuhnya agar tetap normal melalui proses
homeostatis. Temperatur tubuhnya konstan meskipun hidup pada temperatur lebih
rendah atau lebih tinggi dari temperatur tubuhnya. Hal ini dikarenakan adanya
reseptor dalam otaknya yaitu hipotalamus untuk mengatur suhu tubuh.
Umumnya
bulu burung merupakan tipe bulu yang bergaris luar bulu-bulu pada rusuk yang
berfungsi untuk menutupi tubuh dan membuat tubuh menjadi lebih lurus dan
ramping. Bulu tipe ini terdiri dari bulu yang cekung (calamus), muncul dari
folikel kulit dan tangkai atau rachis yang merupakan kelanjutan dari bulu dan
melahirkan banyak barb. Berdasarkan strukturnya, bulu unggas dibagi menjadi 3
macam yaitu plumae, plumulae dan filoplumae.
Bulu plumae merupakan bulu penutup bagian luar yang membentuk vigor
unggas. Bulu plumae terdiri dari Calamus (tangkai bulu melekat pada folikel),
Rachis (Shaft), dan vexillum (bendera dikanan kiri rachis). Bulu plumae terdapat pada ayam dewasa yang
letaknya di bagian bawah bulu plumae.
Bulu filoplumae merupakan bulu halus yang terdapat di antara bulu plumae
dan plumulae (Riswantiyah,
dkk. 1999).
sistem Kerangka
Osteologi adalah ilmu yang
mempelajari kerangka atau skeleton. Struktur kerangka pada unggas terdiri atas
tulang-tulang yang padat, ringan dan sangat kuat. Pada umumnya tulang
panjang pada unggas memiliki rongga yang
membuatnya menjadi ringan, dan kebanyakan dari tulang tersebut menyatu dan
membentuk struktur yang sangat kuat sebagai tempat perlekatan bagi otot yang
digunakan untuk terbang (Card, 1960., dalam Nasution dkk, 2013). Kerangka ayam berfungsi
menyokong tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ vital, tempat
diproduksi sel darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernafasan
dan meringankan tubuh saat terbang (North, 1978). Hal tersebut juga ditambahkan oleh Retno (2012), bahwa
tulang juga merupakan jaringan pengikat yang spesial.
Berdasarkan karakteristiknya
kerangka unggas bersifat spesifik yakni ringan dan berisi udara yang sesuai
dengan fungsinya untuk bergerak, berjalan dan terbang. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Akoso
(1993), kerangka unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan
tulang memiliki partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat, sehingga
beberapa unggas mampu untuk terbang atau berenang seperti pada unggas air.
Nasheim et al (1979), menjelaskan bahwa tulang
unggas merupakan tipe yang sangat unik karena dirongga dalamnya terdapat sumsum
tulang. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Suprijatna ( 2005) bahwa produksi telur pada ayam
memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan tersebut terdapat suatu struktur tulang yang disebut
medullary bones (tulang pipa) yaitu tibia, tibia, femur, pubic, sternum, ribs,
ulna dan scapula.tulang ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus
yang saling terjalin dengan baik, yang fungsinya sebagai tempat penimbunan
kalsium.
Susunan tulang
ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
a.
Vertebrae
cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) yang
berguna untuk menggerakan leher
b.
Vertebrae
columnalis atau vertebrae dorsalis atau
tulang punggung (7 ruas)
c.
Vertebrae
pygostyle dan urostylus, yaitu tulang
ekor yang membentuk coccygeal (4 ruas)
d.
Tulang rusuk
sebanyak 7 buah
e.
Pada sayap
terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang
f.
Tulang pubis,
yang terdiri atas vertebrae sacral dan vertebrae lumbal
masing-masing 7 buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastis saat
terjadinya peneluran.
Menutut Kardong (2002), unggas
memiliki sepasang ekstremitas anterior yang merupakan sayap yang terlipat
seperti huruf Z, pada saat tubuh tidak terbang. Ektremitas posterior berupa
kaki, otot daging paha kuat, sedang bagian bawahnya bersisik dan bercakar. Hal
tersebut dijelaskan menurut North (1978), yaitu fungsi kerangka tangan dan
lengan pada manusia menyerupai pada kaki unggas. Tulang metatarsus merupakan
pengganti jari pada kaki unggas yang berbentuk panjang dan menyatu pada bagian
Sistem
Pencernaan
Penampilan produksi ternak secara
fisiologis ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan saluran pencernaan dan
organ tubuh bagian dalam. Saluran pencernaan adalah organ penting untuk
mengubah bahan makanan dari senyawa yang kompleks menjadi lebih sederhana. Alat
pencernaan merupakan organ untuk menentukan keefisienan penggunaan pakan. Pencernaan
yang memiliki 245-255 cm tergantung pada umur dan jenis unggas memiliki prinsip
pencernaan yang terdiri dari tiga macam yaitu pencernaan secara mekanik (
fisik), pencernaan secara kimiawi (enzimatik), dan pencernaan secara
mikrobiologi yang terjadi di sekum dan kolon. Sistem pencernaan pada ayam bermula
dari pengambilan pakan dengan menggunakan paruh (beak) masuk melalui oesophagus
dengan adanya gerak peristaltik.
Ayam tidak memiliki lidah, pipi dan
gigi langit-langitnya lunak tetapi rahang atas dan bawah. Saliva dan enzim
amilase disekresikan oleh kelenjar dimulut (Suprijatna, 2005). Pada bagian mulut terjadi
pencernaan secara enzimatis dan adanya pencampuran pakan dengan enzim amilase
dan enzim lipase. Enzim amilase berfungsi sebagai pemecah senyawa kompleks
karbohidrat menjadi lebih sederhana menjadi monosakarida atau glukosa. Enzim
lipase berfungsi sebagai pemecah lemak menjadi asam lemak dan diserap dalam
bentuk sederhana yaitu gliserol.
Masuknya pakan melalui oesophagus
yang merupakan saluran penghubung dengan crop. Menurut Sturkie (1976) dalam Yuhaimi (1990)
melaporkan bahwa oesophagus pada unggas umumnya relatif panjang yaitu 15-20 cm
pada unggas dewasa. Oesophagus dibagi menjadi dua yaitu uper dan lower. Upper
atau bagian atas yang menghubungkan antara oesophagus dengan crop sedangkan
lower menghubungkan antara crop dengan proventikulus.
Pencernaan selanjutnya
yaitu crop atau tembolok. Tembolok berperan sebagai tempat penyimpanan pakan.
Sedikit atau bahkan tidak ada proses pencernaan disini, kecuali pencampuran
sekresi saliva dari mulut yang dilanjutkan akitivitasnya di tembolok. Yuwanata (2004)
menyatakan bahwa, kapasitas tembolok mampu menampung pakan 250 g dan pada
tembolok terdapat saraf yang berhubungan dengan pusat kenyang lapar di
hipotalamus sehingga banyak sedikitnya pakan yang terdapat dalam tembolok akan
memberikan respon pada saraf untuk makan atau menghentikan makan. Pada beberapa
unggas ada yang tidak mefungsikan crop sebagaimana mestinya contohnya angsa dan
itik.
Menurut
Hickman (2003),
tempat penimbunan bahan makanan sementara dan pelunakan dari crop masuk ke
dalam proventikulus dan ventrikulus atau gizzard,
proventikulus menghasilkan cairan lambung sedang ventrikulus berdinding
tebal berlapis jaringan epitel keras sebelah dalam yang menghasilkan sekresi.
Dalam gizzard sering terdapat kerikil yang berfungsi membantu penggilingan
bahan pakan. Ventrikulus merupakan
tempat terjadinya proses pencernaan secara mekanik karena adanya otot tebal
yang berfungsi membantu melumatkan karena adanya bantuan grit (kerikil atau
sekam). Hal ini sesuai dengan pernyataan Hickman (2003) yang telah dijelaskan diatas.
Selanjutnya makan menuju usus halus yang berfungsi sebagai penyerapan nutrien.
Usus halus terdapat tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
Suprijatna (2005)
menjelaskan bahwa pada ayam dewasa rectum panjangnya hanya sekitar 10 cm. Sedangkan
usus besar panjangnya 10-12 cm dan dapat menahan feses sampai dikeluarkan
kedalam kloaka. Sekum pada ayam berfungsi pencernaan fermentatif karena adanya
bantuan fermentasi pada mikroba. Sedangkan pada kolon terjadinya penyerapan air
sebanyak 72%-75%. Rectum berfungsi untuk penyimpanan feses sementara lalu
keluar melalui kloaka dengan saluran coprodeum.
Reproduksi Jantan
Organ reproduksi jantan unggas terdiri atas sepasang
testis, retetestis, vas afferent, vas defferent, epididimis dan papilae. Hal
ini sesuai dengan pendapat Toelihere
(1985), bahwa organ reproduksi ayam jantan terdiri atas spasang testis,
ductus epididimis, sepasang dcutus afferent dan sebuah alat kopulasi yang disebut
phalus yang seluruhnya terletak di rongga perut. Testis berjumlah
sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian
anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak
seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al.,
1979). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan
sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990). Yuwanata (2004) menyatakan
bahwa, meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 410C-430C
karena sparmatogenesis (pembuatan sperma) akan terjadi pada temperatur
tersebut.
Epididimis berjumlah
sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai
jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens. Menurut
Permana (2007), pada unggas dewasa epididimis berukuran kecil dengan diameter 3
mm dan tidak begitu terlihat karena terlindung oleh alat penggantung testes.
Saluran defferent jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda terlihat lurus dan
pada ayam jantan tua tampak berkelok-kelok. Menurut Amrullah (2004), letaknya
kearah caudal, menyilang dan bermuara pada kloaka sebelah lateral urodeum.
Sebagian besar aves
memiliki vesica seminalis yang merupakan gelmbung kecil bersifat kelenjar
sebagai tempat penampung sperma sementara sebelum diejakulasikan melalui
papilae yang terletak pada kloaka. Alat kopulasi unggas (ayam) atau papilae
terletak pada dinding dorsal kloaka. Menurut Yuwanta (2010), alat kopulasi pada
ayam berupa papilae yang mengalami rudimenter. Hal ini sesuai dengan Supriatna
(2000), papilae dapat dibedakan menjadi dua tipe non protudens dan protudens.
3.1.5 Reproduksi Betina
Alat reproduksi ayam betina terdiri dari dua bagian utama
yaitu ovarium yang merupakan tempat sintesis hormon steroid seksual,
gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur atau ovum. Bagian
kedua adalah oviduct yaitu tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih
telur dan pembentukan kerbang telur. Pada ayam umumnya hanya ovarium kiri yang
berkembang dan berfungsi sedangkan pada bagian kanan mengalami rudimenter
(Yuwanta, 2004). Hal ini terlihat pada bentuk dengan ukuran yang berbeda cukup
nyata.
Bentuk ovarium seperti buah anggur terletak pada rongga
perut berdekatan dengan ginjal sebelah kiri. Bergantung pada ligamentum
mesovarium. Ovarium terbagi menjadi dua bagian yaitu cortex pada bagian luar
dan medula pada bagia dalam. Cortex mengalami folikel dan pada folikel terdapat
sel telur (Putranto,2011).
Hal tersebut dapat dipastikan bahwa ovarium sangat kaya akan kuning telur atau
yang disebut yolk. Ovarium terdiri atas dua lobus besar yang banyak
mengandung folikel-folikel.
Ovarium menghasilkan
beberapa hormon pada saat perkembangannya, folikel-folikel pada ovarium ini
berkembang karena adanya FSH (Follicle-Stimulating Hormone) yang
diproduksi oleh kelenjar pituitari bagian anterior (Nesheim et al., 1972).
Anak ayam belum dewasa mempunyai oviduk yang masih kecil dan belum berkembang
sempurna. Perlahan lahan oviduk akan mengalami perkembangan dan sempurna pada
saat ayam mulai bertelur, dengan dihasilkannya FSH tersebut (Akoso, 1993).
Setelah ayam dewasa
ovarium juga memproduksi hormon estrogen. Hormon estrogen memacu pertumbuhan
saluran reproduksi dan merangsang terjadinya kenaikkan Ca, protein, lemak dan
substansi lain dalam darah untuk pembentukan telur. Estrogen juga merangsang
pertumbuhan tulang pinggul dan brutu. Progresteron juga dihasilkan oleh
ovarium, yang berfungsi sebagai hormon releasing factor di hipothalamus
untuk membebaskan LH dan menjaga saluran telur berfungsi normal (Akoso, 1993).
Oviduct unggas berukuran cukup besar yang membentang dari
ovarium sampai kloaka, dengan daerah utama infundibulum, magnum, itshmus,
uterus dan vagina. Menurut Blakelly (1991), infundibulum berperan dalam
penangkapan kuning telur atau yolk. Kuning telur kemudian menuju magnum selama
3 jam untuk sekresi putih telur kental. Daerah berikutnya adalah itshmus.
Didalam itshmus tinggal kira-kira 1,25 jam dan memperoleh membran kerabang. Telur
ditahan paling lama di uterus salama 20 jam dan terjadi sekresi putih telur
encer, CaCo3 untuk pembentukkan kerabang dan pigmentasi kerabang. Setelah
kerabang ter bentuk telur masuk vagina dan tinggal didalamnya kira-kira 15
menit. Telur yang sudah sempurna keluar melalui kloaka dengan saluran
proktodeum.
Sistem Eksresi
Sistem
ekskretoria pada unggas terletak di bagian dorsal alat reproduksi. Bagian ini
berfungsi mengeliminir sisa pembakaran protein. Asam urat sisa hasil pembakaran
protein oleh hati memasuki usus melalui fili-fili yang berhubungan dengan
kapiler darah dalam sirkulasi darah memasuki ginjal melalui arteri afferent.
Menurut Suprijatna
(2005), Didalam ginjal urine mengalami filtrasi setelah keluar melalui
arteri afferent oleh tubuli convoltus proximal, medial, dan tubuli convoltus
distal yang berakhir di tubuli collective. Urine akan dikeluarkan dari tubuli
collective ke ureter menuju kloaka sebagai muara akhir bersama-sama dengan feses.
Urine unggas berbeda dengan urine mamalia, nitrogen terutama terdapat dalam
bentuk air. Unggas tidak mempunyai kandung kemih (vesica urinaria/blandder).
Ekskresi
air dan sisa metabolik sebagian besar terjadi melalui ginjal. Jumlahnya dua
buah (sinister dan dexter) masing-masing 3-4 lobus berwarna cokelat dan lunak,
terletak menempel pada columna vertebralis tepat di belakang pulmo. Sistem
ekskresi pada unggas terdiri dari dua buah ginjal yang bentuknya relatif
besar-memanjang, berlokasi di belakang paru-paru, dan menempel pada tulang
punggung. Masing-masing ginjal terdiri dari tiga lobus yang tampak dengan
jelas. Ginjal terdiri dari banyak tubulus kecil atau nephron yang menjadi unit
fungsional utama dari ginjal. Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine,
melalui proses sebagai berikut :
1.
Filtrasi darah
sehingga air dan limbah metabolisme diekskresikan;
2.
Reabsopsi
beberapa nutrient (misalnya glukosa dan elektrolit) yang kemungkinan digunakan
kembali.
Sel
dan protein darah dengan demikian disaring keluar dari darah, sedangkan filter
melewati tubuh ginjal. Air dan zat-zat tertentu untuk tubuh sebagian besar
diabsopsi kembali, sedangkan sisa-sisa produk yang harus dibuang diekskresikan
melalui urine. Ginjal memiliki peran kunci dalam pengaturan keseimbangan asam
basa dan mempertahankan keseimbangan osmotik cairan tubuh. Spector dan Spector
(2003) dalam Retnani (2009) menyatakan kelainan berat ginjal disebabkan oleh
gangguan metabolisme asam urat yang dicirikan oleh deposisi garam urat dalam
ginjaly yang berupa material putih.
Ureter
merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dan cloaca. Unggas yang normal,
urine melewati ureter sekitar 700 – 800 cc setiap hari. Serupa dengan yang
terjadi di dalam usus besar, di sepanjang ureter juga terjadi di reabsorpsi
cairan oleh dinding ureter yang selanjutnya akan diteruskan dalam sirkulasi
dalam tubuh. Urine pada unggas terutama tersusun atas asam urat yang bercampur
dengan feses pada cloaca dan keluar sebagai kotoran berupa material berwarna
putih seperti pasta (Suprijatna, 2005).