Minggu, 19 Mei 2013

makalah fister hubungan decerebrasi dengan gerak reflek

MAKALAH FISIOLOGI TERNAK
HUBUNGAN ANTARA DECEREBRASI DENGAN SISTEM REFLEK
logo unsoed

Disusun oleh:
UMI FADILAH                                 D1E012013
ISMI NURFATIKHA                        D1E012019
BAITUL MUARIFAH                      D1E012---
DANI YUNIARTI                             D1E012182
ALDILA HISYAM                            D1E012246
FIRMAN ARDISUKMANA             D1E012181
ADITYA PRASETYA U                   D1E012---



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PETERNAKAN
PURWOKERTO
2013




KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah fisiologi ternak bertemakan hubungan antara decerebrasi dengan sistem reflek tepat pada waktu yang telah ditentukan.
            Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas akhir praktikum yang diberikan serta menambah kalkulasi nilai untuk nilai akhir praktikum fisiologi ternak yang berkorelasi dengan nilai akhir semester genap 2012/2013. Menjadikan hubungan antara decerebrasi dengan sistem reflek  menjadi fokus utama dalam pembahasan demi pembahasan yang coba di sampaikan melalui makalah yang singkat ini.   
                Beberapa pihak telah ikut berperan serta dalam penyelesaian makalah ini ,untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.      Tuhan Yang Maha Esa yang telag memberikan nikmat yang tiada tara.
2.      Asisten dan teman-teman semua  yang telah memberikan informasi.
3.      Orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil.
4.      Beserta semua pihak yang telah membantu tersusunnya makalah ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berharap penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan    para pembaca.
Dengan hati yang terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun atau koreksi tentang isi makalah, yang akhirnya dapat menambah kesempurnaan dari penyusunan makalah ini.


Purwokerto, 18 Mei 2013
Hormat kami,

Tim Penulis
 





BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Organ tubuh mahluk hidup yang juga sangat vital selain jantung, pembuluh darah dan lainnya adalah otak yang merupakan pusat kontrol dan pengendali syaraf. Otak yang merupakan sistem syaraf pusat juga bagian dari syaraf sendiri terdiri dari otak besar (cerebrum), otak tengah, otak kecil (cerebellum) yang mempunyai fungsi berbeda-beda dengan lainnya. Dalam kerjanya otak juga berperan dalam mengatur gerak manusia, baik dalam gerak biasa maupun gerak reflek.
Reflek adalah suatu aktivitas jaringan perifer yang tidak disadari akibat adanya pacuan terhadap reseptor maupun serabut afferent arcus reflect. Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.
Gerak refleks terjadi apabila rangsangan yang diterima oleh saraf sensori langsung disampaikan oleh neuron perantara (neuron penghubung). Hal ini berbeda sekali dengan mekanisme gerak biasa. Gerak biasa rangsangan akan diterima oleh saraf sensorik dan kemudian disampaikan langsung ke otak. Dari otak kemudian dikeluarkan perintah ke saraf motori sehingga terjadilah gerakan. Artinya pada gerak biasa gerakan itu diketahui atu dikontrol oleh otak. Sehingga oleh sebab itu gerak biasa adalah gerak yang disadari.
2.      Rumusan Masalah
a.       Apa yang di maksud dengan gerak reflek ?
b.      Apa hubungan antara decerebrasi dengan gerak reflek ?
3.      Tujuan Penulisan Makalah
a.       Untuk mengetahui pengertian dan klasifikasi gerak reflek.
b.      Untuk mengetahui hubungan antara decerebrasi dengan gerak reflek.



BAB II
PEMBAHASAN

1.      PENGERTIAN GERAK REFLEK
Reflek adalah suatu proses yang terjadi pada organisme sebagai respon terhadap rangsangan yang di terima reseptor dengan selalu menyertakan sisitem syaraf pusat. Reflek dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a.       Reflek tak bersyarat
Ciri-ciri reflek tak bersyarat adalah :
Respon yang muncul akan sama ( seragam ) pada suatu spesies, yang berperan adalah system syaraf pusat bagian bawah : mata berkedip, batuk dan respon insting lain ( yang berhubungan dengan pakan, sex, survival ).
b.      Reflek  bersyarat
Cirri-ciri reflek bersyarat adalah respon yang diberikan akan berbeda pada tiap individu tergantung pada pengalaman atau latihan dari individu. Melibatkan sisem saraf pusat bagian atas ( otak ), contohnya adalah hewan penarik kereta, ular kobra menari karena irama suling, sapi jantan aduan ( torro) akan menyeruduk bendera merah yang dikibarkan matador ( Adisuwirjo, 2001 ).
Refleks sebenarnya merupakan gerakan respon dalam usaha mengelak dari suatu rangsangan yang dapat membahayakan atau mencelakakan. Gerak refleks berlangsung dengan cepat sehingga tidak disadari oleh pelaku yang bersangkutan. Gerak refleks dapat dibedakan menjadi refleks kompleks dan refleks tunggal. Refleks kompleks adalah refleks yang diikuti oleh respon yang lain, misalnya memegang bagian yang kena rangsang dan berteriak yang dilakukan pada waktu yang sama. Refleks tunggal adalah refleks yang hanya melibatkan efektor tunggal. Berdasarkan tempat konektornya refleks dibedakan menjadi dua yaitu refleks tulang belakang (refleks spinalis) dan refleks otak (Franson, 1992).

2.      HUBUNGAN DECEREBRASI DAN GERAK REFLEK
Decerebrasi adalah pengangkatan otak, atau katak yang digunting bagian kepalanya sehingga sudah tidak memiliki otak lagi. Rusaknya otak menyebabkan hubungan antara alat-alat vastibuler dengan sumsum tulang belakang hilang, sehingga katak tersebut tidak dapat membalikan tubuhnya ketika ditelentangkan, sedangkan refleks dari kaki depan dan belakang menunjukkan sistem saraf perifer yang mempengaruhi ekstrimitas masih bekerja. Reseptor menerima rangsang yang berupa rangsang mekanis (pijatan) lalu diubah menjadi potensial aksi, sehingga timbul respon.Refleks biasanya menghasilkan respon jika bagian distal sumsum tulang belakang memiliki bagian yang lengkap dan mengisolasi ke bagian pusat yang lebih tinggi. Tetapi kekuatan dan jangka waktu menunjukan keadaan sifat involuntari yang meningkat bersama dengan waktu (Madhusoodanan, 2007). jadi. Meskipun katak telah di potong otaknya, masih dapat melakukan gerakan ( gerak reflek ) karena gerak reflek dipengaruhi oleh sum-sum tulang blakang bukan dari otak.
Dalam katak syaraf yang menghubungkan antara sinyal motoris dan sensoris antaa system syaraf pusatdan bagian tubuh lain secara bersamaan disebut system syaraf tepi. Pada tiap segmen tubuh vertebrata terdapat satu pasang saraf perifer. Pada sebagian besar saraf spinal, neuron aferen dan eferen terletak berdekatan, tetapi sum-sum tulang belakang saraf terbagi menjadi akar dorsal dan akar ventral dan neuronnya terpisah. Dalam akar dorsal terdapat neuron aferen dan mempunyai suatu pembesaran yaitu ganglion akar dorsal, yang mengandung badan sel-selnya sendiri. Badan sel neuron aferen hampir selamanya terletak dalam ganglion pada saraf kranial dan saraf spinal spinal. Neuron aferen masuk ke dalam sum-sum tulang belakang dan berakhir pada sinapsis dengan dendrit atau badan sel dari interneuron. Saraf spinal semua vertebrata pada dasarnya sama, meskipun pada vertebrata yang paling primitif akar-akar itu di perifer tidak bargabung dan beberapa neuron aferen keluar dari sum-sum maelalui akar dorsal.
            Jalannya impuls pada gerak reflek adalah : reseptor – syaraf sensoris – ( melalui lengkung dorsal ) – medulla spinallis – syaraf motoris ( melalui lengkung ventral ) – efektor ( Sari, 2010 ).
1.Refleks Tungkai Belakang dan Depan pada Katak
         Pada percobaan ini untuk membuktikan gerak reflex diberikan yaitu dengan merusak otak katak dan merusak sumsum tulang belakang.
a.       Posisi tubuh
Dalam keadaan normal,sebelum otak katak dan sumsum tulang belakang dirusak posisi katak yang tertelungkup,menunjukan posisi tubuh katak dengan kepala yang tegak, posisi tubuh sempurna dan terkadang melompat-lompat pada saat tubuh dibalikkan atau dalam posisi terlentang katak segera membalikkan tubuhnya dengan cepat, hal ini terjadi karena katak masih dalam keadaan normal yaitu masih memiliki alat keseimbangan dan sumsum tulang belakang. Pada perlakuan kedua setelah otak katak dirusak dengan cara ditusuk posisi tubuh katak menelungkup dengan posisi kepala menunduk kebawah dan badan berputar-putar dengan posisi perut yang menempel kebawah. Hal ini terjadi karena telah terputusnya hubungan antara labirin dan sumsum tulang belakang, sehingga refleks koreksi sikap sudah hilang hanya tinggal medulla spinalisnya saja.
b.      Refleks saat dicubit dengan pinset
Dalam keadaan normal sebelum otak dan sumsum otak belakang dirusak, reaksi katak saat tungkai belakangnya dicubit perlahan dengan pinset, terjadi gerak refleks sangat cepat atau terkejut, dan melompat untuk menghindari cubitan. Hal ini terjadi karena katak masih memiliki alat keseimbangan dan sumsum tulang belakang, sehingga katak masih dapat melakukan gerak reflek. Pada perlakuan kedua setelah otak katak dirusak dengan cara ditusuk, reaksi katak saat dicubit, tungkai belakangnya secara perlahan dengan menggunakan pinset yaitu terjadi gerakan refleks secara lambat. Hal ini dikarenakan pusat gerak refleks adalah medulla spinalis bukan otak, jadi katak masih bisa melakukan gerak refleks. Saat dicubit perlahan katak tidak menimbulkan refleks apapun, medulla spinalis yang telah mati membuat katak tidak dapat memberikan gerak respon karena koordinasinya sudah terputus. Refleks merupakan respon bawa sadar terhadap adanya suatu stimulus internal ataupun external untuk mempertahankan kedaan seimbang dari tubuh.
c.       Refleks Saat Diberi larutan asam cuka
      Dalam keadaan normal sebelum otak dan sumsum tulang belakang dirusak , saat kaki kanan katak dicelupkan ke dalam air cuka, terjadi refleks kaki katak menolak ketika tersentuh air tersebut dan pergerakan kaki katak naik ke atas sangat cepat. Hal ini disebabkan karena katak masih memiliki alat keseimbangan dan sumsum tulang belakang sebagai pusat saraf, sehingga terjadi refleks yang sangat cepat. Asam cuka encer ( CH3COOH ) menginduksi mitokondria yang terdapat di otot rangka untuk menghasilkan Ca2+. Peningkatan konsentrasi Ca2+ di otot rangka digunakan untuk kontraksi otot polos. Pada percobaan selanjutnya dimana medulla spinalisnya dirusak dan kemudian diberi perlakuan dengan mencelupkan kaki kanan katak ke dalam larutan asam cuka, maka katak tersebut tidak merespon. Hal ini terjadi karena medulla spinalis yang merupakan pusat syaraf juga telah dirusak maka secara langsung tidak akan terjadi gerak refleks.
d.      Refleks saat diberi air ledeng
Dalam keadaan normal sebelum otak dan sumsum tulang belakang katak dirusak
Dan kaki kiri katak dicelupkan ke dalam air ledeng kaki katak tidak melakukan gerak refleks untuk menghindari air atau kaki ikut menyelam didalam air ledeng. Sedangkan pada percobaan ke dua setelah otak katak dirusak, sehingga hanya memiliki sumsum tulang belakang sebagai pusat syaraf, tidak terjadi gerak refleks pada kaki katak seperti di air cuka atau kaki katak ikut menyelam di dalam air ledeng.  






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.       Gerakan refleks merupakan gerakan spontan tanpa disadari akibat rangsangan yang dikoordinasi oleh sistem saraf menjadi suatu gerakan. 
b.      Dalam gerak refleks sum-sum tulang belakang memiliki peran penting yang menghubungkan banyak interneuron.
c.       Sum-sum tulang belakang masih dapat menanggapi rangsang dan mengkoordinasikannya untuk diteruskan ke efektor dan menimbulkan gerakan refleks, meskipun saraf spinal rusak.








DAFTAR PUSTAKA
Adisuwirjo. 2001. Fisiologi Dasar Ternak. Purwokerto : Universitas Jenderal Soedirman.
Frandson. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Kimbal, J. W. 1988. Biologi II. Erlangga, Jakarta.
Madhusoodanan, M. G. P. 2007.” Continence Issues in the Patient with Neurotrauma. Senior Consultant Surgery, Armed Forces Medical Services ‘M’ Block, Ministry of Defence, DHQ, New Delhi”. Indian Journal of Neurotrauma (IJNT) 2007, Vol. 4, No. 2, pp. 75-78.
Sari, Juwita Lela. 2010. “ Fisiologi Sistem Syaraf pada Katak “. Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar