Minggu, 16 Februari 2014

makalah



 
FUNGSI ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGANA
GENITALIA MASCULINA ITIK



OLEH :
KELOMPOK : 05 B
UMI FADILAH                                 D1E012013
IRINDIYANI                                     D1E012062
PINUJI RAHAYU                             D1E012082
RINA MAHESA                                D1E012112
TAUFIK ISMAIL                               D1E012136
RAKHMAT ARIFIN                          D1E012149
ERIENT ROSYALINA                      D1E012176
RICKY TRINALDYP.                       D1E012260


LABORATORIUM FISIOLOGI DAN REPRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan suatu apapun. Kami menyadari tanpa bantuan orang lain, penelitian ini tidak akan selesai dengan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Bapak dan ibu selaku orang tua murid yang telah memberikan dukungan spiritual dan material.
  2. Ir. Dadang Mulyadi S., MS., M.Agr.Sc., Ph.D yang telah memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.
  3. Teman-teman fakultas Peternakan progam studi Peternakan angkatan 2012.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran dari semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan pada penulisan penelitian berikutnya.

  Purwokerto,     Nopember 2013

Penulis

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Reproduksi adalah pembentukan individu baru dari individu yang telah ada dan merupakan ciri khas dari semua organisme hidup. Proses reproduksi tidak diperlukan untuk kelangsungan hidup organisme, tetapi tanpa reproduksi spesies akan punah. Untuk terjadinya proses reproduksi seksual, hewan perlu memiliki organ reproduksi yang mampu menghasilkan gamet.

Unggas merupakan salah satu jenis hewan yang banyak digemari oleh manusia. Unggas mempunyai berbagai macam jenis yang dapat menarik perhatian manusia untuk bisa memeliharanya. Selain itu, ada juga yang berusaha untuk dijadikan sebagai hewan ternak. Unggas berkembang biak dengan bertelur. Telur unggas mirip telur reptil, hanya cangkangnya lebih keras karena berkapur.
Testes merupakan alat reproduksi primer pada hewan jantan, dan pada hewan menyusui testes terdapat di dalam kantung di luar tubuh yang disebut scrotum. Saluran-saluran alat pelengkap merupakan alat reproduksi sekunder yang berasal dari testis menuju efferentia, epidermis, dan fase diferensial dan penis dengan saluran yang merupakan saluran bersama dialirkannya plasma air mani. Alat kelamin primer, sekunder, dan pelengkap ketiganya disebut saluran reproduksi jantan.
Pada unggas organ reproduksi jantan berupa testes, epididimis, dan ductus deferens.Dari organ reproduksi tersebut maka akan diketahui fungsi dari masing-masing bagian yang berbeda dengan yang ada pada mamalia. Oleh karena itu, pembuatanmakalah sederhana ini dibuat untuk menjelaskan tentang sistem reproduksi pada itik.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui organa genitalia masculina itik
b. Mengetahui fungsi organa genitalia masculina itik
c. Mengetahui mekanisme spermatogenesis

1.3. Perumusan Masalah
a. Apa saja organa genitalia masculina pada itik?
b. Apa fungsi organa genitalia masculina pada itik?
c. Bagaimana mekanisme pembentukan spermatozoa?
 
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sistem reproduksi unggas jantan terdiri dari dua testis bentuknya elips dan berwarna terang, dan menghasilkan sperma yang masing-masing mempunyai sebuah saluran sperma yang bernama vas defferens serta sebuah kloaka yang menjadi muara dari sistem reproduksi tersebut (Srigandono, 1997).Alat reproduksi unggas jantan terdiri atas alat kelamin pokok danalat kelamin pelengkap. Alat kelamin pokok adalah organ yang langsung membentuk spermatozoa yaitu testis. Alat kelamin pelengkap terdiri atas salurantestis yang menuju kloaka yaitu epididymis, vas defferens, dan papillae (Sarengat, 1982).
Testis pada unggas berbentuk bulat seperti kacang, terletak ventral dari lobus anterior ginjal. Ukuran testis tidak selalu konstan, karena menjadi besar pada saat musim kawin. Bagian kiri sering lebih besar dari bagian kanan. Pinggir medial testis sedikit konkaf dan mempunyai penjuluran kecil pipih yang dianggap sama seperti epididimis pada mammalia. Dari situlah keluar saluran vas defferens yang secara bergelombang-gelombang lateral terhadap ureter masuk ke dalam kloaka (Soegiarsih, 1990).
Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya, karena testis tidak turun dalam skrotum tetapi tetap dalam rongga badan. Testis menghasilkan sperma untuk membuahi telur yang berasal dari hewan betina. Testis yang berbentuk bulat kacang tersebut besarnya berbeda-beda menurut umur dan besar unggas. Permukaan testis diselaputi oleh suatu jaringan fibrosa yang kuat yang diteruskan kedalam testis membentuk kerangka penunjang tenunan testis (Sarwono, 1993). Masing-masing vas defferens menuju papilae yang berfungs sebagai organ cadangan yang mengalami rudimenter. Papilae ini terletak di bagian tengah dari kloaka  (Sarengat, 1982).

Fungsi reproduksi pada alat kelamin jantan dapat dibagi menjadi tiga subdivisi utama: pertama, spermatogenesis, yang berarti hanya pembentukan sperma. Kedua, kinerja kegiatan seksual alat kelamin jantan. Dan ketiga,pengaturan fungsi reproduksi alat kelamin jantan oleh berbagai hormon (Guyton & Hall,1997).
Organ reproduksi itik terdiri dari sepasang testis, epididimis, duktus deferens dan organ kopulasi pada kloaka. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang.Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990). Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens. Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi (Nesheim et al., 1979).
Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone). Testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).

sebagai organ cadangan yang mengalami rudimenter. Papilae ini terletak di bagian tengah dari kloaka  (Sarengat, 1982).
Fungsi reproduksi pada alat kelamin jantan dapat dibagi menjadi tiga subdivisi utama: pertama, spermatogenesis, yang berarti hanya pembentukan sperma. Kedua, kinerja kegiatan seksual alat kelamin jantan. Dan ketiga,pengaturan fungsi reproduksi alat kelamin jantan oleh berbagai hormon (Guyton & Hall,1997).
Organ reproduksi itik terdiri dari sepasang testis, epididimis, duktus deferens dan organ kopulasi pada kloaka. Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal dan berwarna kuning terang.Pada unggas testis tidak seperti hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum (Nesheim et al., 1979). Fungsi testis menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel gamet jantan disebut sperma (Nalbandov, 1990). Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke arah kaudal menuju ductus deferens. Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi (Nesheim et al., 1979).
Testes sebagai organ kelamin primer mempunyai dua fungsi yaitu 1) mengahasilkan spermatozoa atau sel-sel kelamin jantan, dan 2) mensekresikan hormon kelamin jantan, testosteron. Spermatozoa dihasilkan dalam tubuli seminiferi atas pengaruh FSH (Follicle Stimulating Hormone). Testosteron diproduksi oleh sel-sel intertitial dari Leydig atas pengaruh ICSH (Intertitial Cell Stimulating Hormone) (Toelihere, 1979).

Struktur-struktur testis meliputi; a) Tunika albuginea, merupakan pembungkus langsung testis. Licin karena banyak mengandung pembuluh syaraf dan darah; b) Septum testis; c) Tubulus seminiferus, merupakan tabung (saluran) kecil panjang berkelok-kelok dan merupakan isi dari Lobulus; d) Rete testis, merupakan saluran penghubung antara epididimis dengan Lobulus; e) Ductus efferentis; f) Caput Epididimis, membentuk suatu tonjolan dasar dan agak berbentuk mangkuk yang dimulai pada ujung proximal testis; g) Corpus Epididimis, bagian bawah terentang ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah teats epididimis membelok ke atas; h) Cauda epididimis, merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testis yang membelok ke atas; i) Vasdeferens, terentang dari ekor epididimis sampai urethra (Toelihere, 1979).
Epididimis yaitu suatu pembuluh yang timbul dari bagian dorsal testis berasal dari duktus efferensia, terdiri dari 3 bagian: kepala, badan dan ekor (Salisbury, 1985). Kepala (caput epididymis) membentuk suatu penonjolan dasar dan agak berbentuk mangkok yang dimulai pada ujung proximal testis. Umumnya berbentuk U, berbeda-beda dalam ukurannya dan menutupi seluas satu pertiga dari bagian-bagian testis (Toelihere, 1979). Corpus epididimis (badan epididimis): bagian badan terentang lurus ke bawah, sejajar dengan jalannya vasdeferens, menjalar terus hampir melewati testes, dibagian bawah testes epididimis membelok ke atas. Cauda epididimis (ekor epididimis): merupakan bagian epididimis yang terletak pada bagian bawah testes yang membelok ke atas. Pada hewan hidup cauda epididimis terlihat berupa benjolan di bagian ujung bawah testes dan dapat diraba (Marawali, 2001).
Vas deferens atau ductus deferens mengangkut sperma dari ekor epididimis ke urethra. Dindingnya mengandung otot-otot licin yang penting dalam mekanisme pengangkutan semen waktu ejakulasi. Diameternya mencapai 2 mm dan konsistensinya seperti tali (Toelihere, 1979).
Salisbury (1985), menyatakan bahwa vas deferens berasal dari epididimis dan berjalan dari titik terendah testis ke atas dan bersama dengan tali spermaticus melewati cincin inguinalis dan di tempat itu vas deferens akan memisahkan diri dari pembuluh darah arteri dan vena, syaraf dan jaringan lain pada tali spermaticus tersebut. Vas deferens akan masuk ke dalam ruang abdominalis. Mengandung sel epitel yang berjajar hampir lurus, memiliki dua lapisan urat daging yang membujur dan melingkar, dan dibungkus oleh selaput peritoneum. Dekat kepala epididimis, vas deferens menjadi lurus dan bersama-sama buluh-buluh darah dan lymphe dan serabut-serabut syaraf, membentuk funiculus spermaticus yang berjalan melalui canalis inguinalis ke dalam cavum abdominalis. Kedua vas deferens, yang terletak sebelah menyebelah di atas vesica urinaria, lambat laun menebal dan membesar membentuk ampullae ductus efferentis (Toelihere, 1979).
 

III. PEMBAHASAN
3.1.  Organ Reproduksi Masculina Itik
Organ reproduksi itik jantan terdiri dari testes, epididimis, ductus deferens, dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Unggas jantan berbeda dari ternak piaraan lainnya karena testes tidak terdapat dalam skrotum tetapi tetap berada dalam rongga badan dan terletak didekat tulang belakang dekat bagian anterior.
Testis itik jantan terletak di rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta dan vena cava, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal. Meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41sampai 43C karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada temperatur tersebut.Testis berfungsi sebagai penghasil spermatozoa dan menghasilkan  hormon testoteron. Didalam testis terdapat tubulus seminiferus dan sel Leydig. Didalam tubulus seminiferus terdapat tubuli  yang  kemudian  akan terbentuk menjadi tubulus, berkembang menjadi lobus, kemudian menjadi lobulus dan ke retetestis. Menurut Bahr dan Bakst (1987), testis terdiri atas banyak saluran yang berupa pipa kecil yang sangat elastis dan panjang berkelok–kelok berfungsinya mengeluarkan spermatozoa.
Testis itik berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri atas tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig) tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan.
Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis. Epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens. Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens. Saluran deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens. Alat kopulasi pada itik berbentuk spiral yang memiliki panjang  12 sampai 18 cm (Yuwanta,2000). Sedangkan pada ayam berupa papila ( penis) yang mengalami rudimenter. Pada papila ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat terjadinya kopulasi.
3.2. Mekanisme Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium (tubuli) seminiferi di bawah kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis (pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Pematangan sel terjadi di tubulus seminiferus yang kemudian disimpan di epididimis. Dinding tubulus seminiferus tersusun dari jaringan ikat dan jaringan epitelium germinal (jaringan epitelium benih) yang berfungsi pada saat spermatogenesis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogenial, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 – 14 hari.
1. Tempat spermatogenesis
Spermatogenesis terjadi di testis. Didalam testis terdapat tubulus seminiferus. Dinding tubulus seminiferus terdiri dari jaringan epitel dan jaringan ikat. Pada jaringan epithelium terdapat sel–sel spermatogonia dan sel sertoli yang berfungsi memberi nutrisi pada spermatozoa. Selain itu pada tubulus seminiferus terdapat pula sel leydig yang mengsekresikan hormone testosterone yang berperan pada proses spermatogenesis.
2. Proses Spermatogenesis
Pada masa pubertas, spermatogonia membelah diri secara mitosis sehingga menghasilkan  lebih banyak spermatogonia. Beberapa spermatogonia membelah diri kembali, sedangkan lainnya berkembang menjadi spermatosit primer yang juga mengandung kromosom sebanyak 46 kromosom. Sel–sel spermatosit primer tersebut kemudian membelah secara meiosis menjadi dua spermatosit sekunder yang jumlah kromosomnya menjadi setengahnya (23 kromosom haploid). Selanjutnya spermatosit sekunder membelah lagi secara meiosis menjadi empat spermatid. Jadi, spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I yang menghasilkan dua spermatosit sekunder. Selama pembelahan meiosis II, kedua spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan empat spermatid. Selanjutnya spermatid berdiferensiasi menjadi sel kelamin dewasa(masak) yang disebut spermatozoa atau sperma. Ini juga memiliki 23 kromosom (haploid).
Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis yaitu:
a.       LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder. 
b.       FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu selama  dua hari ( Garner dan Hafez, 1987 ).
Unggas jantan khususnya pada itik memiliki hormon yang berperan dalam proses reproduksinya, salah satunya adalah hormon androgen. Androgen berperan dalam menentukan rentang hidup sperma dengan menimbulkan pengaruh secara langsung atau tidak langsung pada sel sperma; atau bahkan secara tidak langsung pula androgen bereaksi terhadap epididimis dan sekresinya. Dimana secara normal androgen yang utama yang beredar dalam tubuh adalah testoteron, adalah senyawa hormon steroid yang mengandung 19 atom karbon dengan inti siklopentanoperhidropenantren yang dihasilkan oleh sel-sel Leydig dalam testis dalam kondisi normal ( Kaltenbach dan Dund, 1980 ).
Hal tersebut didukung oleh Nalbandov ( 1990 ), hormon androgen ini berperan dalam proses pertumbuhan tulang dan pembesaran jumlah serta ketebalan serabut otot serta kekuatan daya rentang dan kemampuan daya kerja otot. Hal ini merupakan sebab terjadinya pertumbuhan pada itik jantan dewasa yang lebih cepat dan lebih baik. Pertumbuhan itik jantan dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, lingkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi genetiknya.
Produksi spermatozoa, volume testis dan fertilitas dipengaruhi oleh bahan pakan yang dikonsumsi itik. Hal ini didukung oleh Tillman et al (1998) yang menyatakan bahwa pakan yang kurang atau berlebih berpengaruh buruk terhadap reproduksi dan produksi spermatozoa. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh bangsa, genetik, besar tubuh, jenis kelamin, umur tingkat produksi telur, besar telur, aktivitas tipe kandang, palatibiytas pakan, kandungan energi pakan, kualitas kecernaan, konsumsi air, suhu tubuh, kandungan lemak tubuh dan tingkat stress.  
3.Bagian – Bagian Sperma
Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagelata). Kepala sperma mengandung nucleus. Bagian ujung kepala ini mengandung akrosom yang menghasilkan enzim yang berfungsi untuk menembus lapisan–lapisan sel telur pada waktu fertilisasi. Kepala seperma unggas berukuran 12,5 µm, sementara akrosom berukuran 1,75 µm. Bagian tengah sperma mengandung mitokondria yang menghasilkan ATP sebagai sumber energy untuk pergerakan sperma, yang berukuran 4 µm. Ekor sperma berfungsi sebagai alat gerak, yang berukuran 80 µm. Sehingga panjang keseluruhan spermatozoa yaitu 100 µm ( King and McLelland, 1975 ).
Sebelum ejekulasi sperma dapat hidup dengan waktu yang lama dalam epididimis. Namun, setelah diejekulasikan sperma hanya dapat bertahan hidup dalam alat reproduksi betina selama 20-30 jam. Terlepas dari kemampuan epididimis yang luar biasa untuk mempertahankan kemampuan sel sperma untuk mengadakan pembuahan atau paling tidak untuk mempertahankan motilitasnya dalam waktu lama, sperma juga mati meskipun dalam lingkungan yag paling nyaman.
Menurut Garner dan Hafez (1987), rataan motilitas pada unggas bekisar antara 60-80%. Faktor yang mempengaruhi motilitas spermatozoa antara lain umur spermatozoa, energi ATP, bagian-bagian gen yang aktif, kandungan cairan dan stimulasi inhibisi. Perbedaan volume per ejakulasi pada itik dapat disebabkan karena perbedaan umur, ras, berat dan besar badan, mutu pakan, frekuensi penampungan, faktor genetik dan kondisi dari ternak itu sendiri. 

IV. KESIMPULAN
Organ reproduksi itik jantan terdiri dari testes, epididimis, ductus deferens, dan organ kopulasi yang terdapat dalam kloaka. Testis itik berbentuk biji buah buncis dengan warna putih krem. Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis. Saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan perpanjangan dari saluran epididimis dan dinamakan saluran deferens.
Spermatogenesis terjadi di testis. Produksi spermatozoa, volume testis dan fertilitas dipengaruhi oleh bahan pakan yang dikonsumsi itik. Sperma dewasa terdiri dari tiga bagian yaitu kepala, bagian tengah dan ekor (flagelata).
 
DAFTAR PUSTAKA
Garner, D.L,E.S.E. Hafez. 1987. Spermatozoa Dan Sminal Plasma . dalam E.S.E. Hafez (Ed). Reproduction in Farm Animal. 5th Ed. Lea and Febiger, Phiadelpia.
Guyton A. C., Hall J. E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. EGC. Jakarta.
Kaltenbach, C.C, and T.G Dunn. 1980. Endocrinology of Reproduction. In: Reproduction in Farm Animal. Hafez. E.S.E. (Ed). Lea and Febiger. Philadelphia. USA.
King, A.S and J.McLelland. 1975. Outline of Avian Anatomy. Bill Tindall and Cox. London.
Marawali, A. 2001. Dasar-dasar Ilmu Reproduksi Ternak. Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur. Kupang.
Nalbandov, AV. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).
Nesheim, M. C., R. E. Austic and L. E. Card. 1979. Poultry Production 12th ed. Lea Febiger, Philadelphia.
Salisbury, G.W, Vanbemark N.L. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sarengat, W. 1982. Pengantar Ilmu Ternak Unggas. Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Diponegoro. Semarang.
Sarwono, B. 1993. Ragam Ayam Piaraan. Penebar Swadaya. Jakarta.